Translate
Senin, 14 Juli 2025
Gunung Arjuno Arjuna
Puisi Bondan Ramadhani Purnomo.
Senin, 16 Juni 2025
Puisi
Rabu, 04 Juni 2025
Perjuangan Keluarga Bestuur
Puisi Zaman Sekolah Bondan
Racun Cinta.
Ciptaan Bondan Ramadhani Purnomo.
Oh Ya Tuhan,
Ada racun ditubuhku dan pikiranku.
Adakah penawar atau penawar racun.
Yang sudah menyebar dan kronis ini!.
Ada gempa yang menggetarkan dadaku.
Terasa sesak nafasku.
Ketika aku merasakan sesuatu ditubuhku.
Ketika aku merasakan apa yang disebut cinta.
Hingga anganku tentangmu.
Tak pernah sirna menjerumuskan pikiranku.
Membayang dalam benak khayalku.
Pertarungan aku dalam mimpi indahku.
Hingga aku terjaga dari lelap tidurku.
Sepi Tanpamu.
Ciptaan Bondan Ramadhani Purnomo.
Kau luput dari penglihatan mataku.
Kau luput dari pendengaran telingaku.
Kau luput dari kata ucapan sayang dari bibirku.
Kau luput dari dekap hangat pelukan tubuhku.
Aku buta.
Apabila aku tidak melihatmu bertingkah dihadapanku.
Aku tuli.
Apabila aku tidak mendengar suara indah dari bibirmu.
Aku bisu.
Apabila aku tidak dapat berbicara denganmu.
Aku sakit.
Apabila aku tidak mendapatkan kehangatan
pelukan dari tubuhmu lagi.
Jika kau tidak menerima.
Setiap kasih yang aku berikan kepadamu.
Aku pasti kecewa dan sedih.
Walaupun.
Kau tidak membalas setiap kasih dan sayang.
Yang Kuberikan kepadamu.
Tidak mengapa,
Perlindungan yang aku inginkan darimu.
Kau untuk menerima setiap kasih dan sayang yang aku berikan.
Cinta yang dinanti.
Ciptaan Bondan Ramadhani Purnomo.
Mencari cinta untuk kebahagiaan hidup.
Cinta yang kunanti selama ini.
Tak kunjung datang.
Cinta, cinta tak kunjung kau datang.
Berlari hanya untuk mengejar cinta.
Dan mencari cinta sejatiku.
Berlelah menunggu cinta menyambut cinta.
Akan tetapi.
Cinta yang dinanti menjauh pergi.
Sejauh jarak yang memisahkan kau dan aku.
Jauh sejauh mata yang melihat.
Memandang mata hati yang rindu.
Belaian kasih sayang dari cinta sejatiku.
Gersang hati tanpa cinta.
Ciptaan Bondan Ramadhani Purnomo.
Gersang hati tak tersirami cinta.
Gersang pemikiran tak terhujani ilmu.
Menapaki jalan yang berliku dari cinta.
Membuatku bingung.
Akan makna dan arti cinta.
Sisa usiaku tampak lesu.
Menjalani hari tanpa cinta.
Menanti hari tua tanpa cinta.
Menanggung beban kesepian.
Sampai ajal menjemput raga nyawa.
Pertanyaan Kepadamu.
Ciptaan Bondan Ramadhani Purnomo.
Untuk apa aku berbicara.
Jika kamu tak mau berbicara kepadaku.
Untuk apa aku menyapa.
Jika kamu tak mau menyapaku.
Apalagi aku menatapnya.
Jika dia juga tak mau aku menatap wajanhnya.
Hanya sedikit senyum terlukis.
Diwajahku, Yang dapat aku berikan padanya.
Jauh tersimpan didalam benakku.
Aku ingin bertanya?
Apakah kau membenciku?
Apakah kau marah kepadaku?
Dan sampai kapan kau diam!
Dan membisu seperti itu!.
Jawabanmu, aku tunggu!.
Jawab yang dapat menjawab pertanyaan.
Yang selalu aku pertanyakan kepadamu.
Agar aku tau apa yang ada dibenakmu.
Agar aku tau yang sebenarnya.
Agar aku tau apa yang kau mau!.
Menanti Balas Cintamu.
Ciptaan Bondan Ramadhani Purnomo.
Disudut bayangan malam.
Dibisu kesunyian malam.
Sepi aku dalam kesendirian.
Melihat terang bulan memancar.
Menatap langit biru terpancar.
Titik kecil bintang berkibar.
Aku berharap kau temani aku.
Kau membalas cinta yang.
Tersimpan rapih dalam lemari hati ini.
Disudut ini aku masih menantimu.
Seorang diri merana dalam sepi.
Mengembara mencari cinta.
Dihatinya untukku dan dirinya.
Uap Cinta Yang Berlabuh.
Ciptaan Bondan Ramadhani Purnomo.
Kurasakan terik menyengat sanubari hati.
Panas membara mencairkan hati.
Jiwa mendidih.
Siapkan uap cinta yang bertebaran.
Terhirup nafas insan nan elok
Uap cinta telah berlabuh.
Pertanda dua insan telah bersatu.
Iringan nuansa romantika cinta.
Ketika dua darah menyatu.
Membentuk kisah suci kehidupan.
Terukir kisah insan yang indah.
Bak mahakarya agung yang abadi.
Nan mansyur tersohor harumnya.
Rindu hadirmu.
Ciptaan Bondan Ramadhani Purnomo.
Aku cinta kamu setulus hatiku.
Setengah matiku merindukanmu.
Aku ingin bertemu denganmu.
Walaupun hanya sekejap mata memandangmu.
Meskipun hati ini ingin rasanya.
Bercengkerama dalam pelukanmu.
Berpelukan mesra, tertawa dan bercanda.
Itupun jikalau engkau memperbolehkan.
Untuk sekadar menghapus rasa rindu dihati.
Yang semakin mabuk kepayang di hati ini.
Cinta mengapa kau datang?
Namun engkau terlarang untukku?
Merasakan beratnya hatiku meninggalkan kamu.
Entah sampai kapan cinta bersemayam didalam hatiku.
Cinta emas bersinar mentari.
Ciptaan Bondan Ramadhani Purnomo.
Cinta yang aku punya untukmu.
Bagai emas murni dua puluh empat karat.
Berkadar sembilan puluh sembilan persen.
Tak akan berkarat selamanya.
Hingga sepuluh juta tahun lamanya.
Lihatlah matahari yang cerah dipagi hari.
Lihatlah bulan yang bersinar dimalam hari.
Dan aku ingin melihat senyumanmu hari ini.
Kau diam beramarah.
Ciptaan Bondan Ramadhani Purnomo.
Kau diam penuh amarah.
Amarah yang pancarkan kebencian.
Benci yang kau tunjukan kepadaku.
Setiap tatapanmu terlihat raut benci.
Yang terlukis di wajah tampan mempesona.
Ketampanan yang pernah membuatku hatiku tertawan.
Kau jauh bertolak muka.
Tolak wajahmu terhadap diriku.
Setiap kau bertemu denganku.
Benakku dipenuhi tanda tanya?
Sebegitu bencinya, tega kau memusuhiku.
Benci hingga kau seperti itu!.
Bila aku berharap.
Ciptaan Bondan Ramadhani Purnomo.
Bila aku terjatuh.
Aku berharap.
Kau yang membantuku.
Untuk berdiri tegak kembali.
Bila aku bersedih.
Aku berharap.
Kau yang mengusap.
Tiap tetesan linangan air mataku.
Bila aku kesepian.
Aku berharap.
Kau hadir mengisi ruang hampa hatiku.
Bila aku bahagia.
Aku berharap.
Kamu menemani tiap hari ceriaku didunia fana ini.
Bila aku jatuh cinta padamu.
Aku berharap.
Kau berkenan diri menjadi kekasih hatiku.
Itulah harapanku untukmu terkasih.
Puisi Pancasila.
Pancasila Dari Penyambung Lidah Rakyat.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.
Kami para pejuang bangsa
Kami bapak pendiri bangsa
Menegakkan keadilan dalam lima sila.
Menjunjung kemanusiaan yang adil dan beradab.
Wahai anak muda, ingatlah pancasila ini.
Adalah nilai nilai moral yang harus diamalkan.
Kita sebagai bangsa yang besar beraneka ragam.
Kita satu bingkai “bineka tunggal ika” dalam nusa.
Wahai rakyatku, junjunglah sikap berbudi.
Dalam bingkai acara bernegara, kami tetapkan.
Lima sila yang bermakna , perwujudan nusantara.
Menghitung hari kemerdekaan yang telah kita raih.
Wahai rakyat indonesia, kepada kalianlah.
Negara melanjutkan perjuangannya di dunia.
Dalam mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
Bila kita bersatu kita teguh, bila bercerai kita runtuh.
Wahai rakyat indonesia, dalam sila sila.
Itulah norma yang harus kita pegang teguh.
Sebagai identitas bangsa dan negara.
Bahwa kita adalah negara bhineka tunggal ika.
Dalam satu ideologi dan cita cita yang mulia
Garuda Pancasila Makna Kemerdekaan.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.
Kami tertulis satu juni.
Kami yang menulis pancasila.
Kami yang menetapkan lima sila.
Untuk nusantara yang beraneka ragam.
Kami yang menjunjung nilai moral.
Lihatlah para rakyat indonesia.
Memperjuangkan kemerdekaan.
Mengamalkan pancasila yang kokoh.
Dibuatlah lambang garuda pancasila.
Dari legenda burung garuda yang melawan ular.
Garuda yang menyelamatkan ibunya dari ular.
Legenda yang tersemat pada candi kidal.
Itulah bangsa kita yang dijajah oleh bangsa asing.
Kita bagai garuda yang membebaskan ibu pertiwi.
Dalam satu negeri yang kaya akan rempah rempah.
Bersatu dalam nusa bangsa yang berbudi luhur.
Hai, rakyat ditangan kalianlah
negeri ini tetap merdeka.
Amalkanlah pancasila dalam kehidupan kalian
demi cita cita bangsa yang luhur.
Cerdaskanlah kehidupan bangsa
supaya berkehidupan yang baik.
Dalam cita cita sang penyambung lidah rakyat
Yang telah menemukan lima sila yang beradab.
Perjuangan belum selesai dalam mengisi kemerdekaan.
Yang bermakna bagi bangsa dan negara,
berdikari itu utama bagi negeri selamanya.
Peringatan Pancasila Satu Juni.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.
Pancasila yang ditulis satu juni.
Mengibarkan sang saka merah putih.
Kami pertahankan segenap raga.
Bertumpah darah yang satu.
Indonesia yang kami pertahankan.
Tumpah darah yang satu indonesia kita.
Cita cita mencerdaskan kehidupan bangsa.
Untuk berkepribadian bangsa yang baik.
Telah kami pertahankan indonesia.
Dalam desa yang menyambung satu.
Desa pusaka moyang kita dalam satu.
Satu nusa satu bangsa satu bahasa kita.
Ibu pertiwi telah merdeka yang dicitakan.
Merah putih telah berkibar dari sabang ke merauke.
Cita cita mulia menghapus penjajahan dimuka bumi.
Kita mengamalkan pancasila dan ketertiban dunia.
Puisi Puisi
Puisi
-
Foto Kakek Buyut Lie A Thet, Pegawai GMB Perusahaan Hindia Belanda dan Menantunya Seorang Belanda - Ambon diambil tahun 1940an. ...
-
Pancasila Dari Penyambung Lidah Rakyat. Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo. Sarjana Muda Hukum Unive...