Translate

Senin, 16 Juni 2025

Puisi

Anak harapan yang mulia.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Anak anakku harapan hidup.
Pelipur lara kebahagiaanku.
Yang bermahkota dunia fana.
Kebanggaan yang hakiki.

Cinta ayah yang berbahagia.
Anak yang cerdas kebanggaan kami.
Kami yang merawat didiknya.
Pagi malam kami didik merawatannya.

Peluh lelah kami muliakan anak kami.
Pagi siang malam hibur anak kami.
Tiada berhenti kami menafkahinya.
Anak kami kebanggaan yang cerdas.

Mengapa bermara pedih.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Kesedihan yang dalam.
Hati yang tertusuk duri.
Duri mawar yang merah.
Tertancap hati yang perih.

Hidupku yang tak bermakna.
Adakah maknanya dihidup ini.
Berbuat baik yang bermakna.
Apakah bermakna dimata tuhan.

Didunia aku berbuat baik selalu.
Sang pencipta membuat aku terluka.
Dalam perih ini, akankah ada keteduhan.
Keteduhan dalam hidup yang bermateri.

Indonesiaku Yang Merdeka.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Indonesiaku bunga melati simbolnya.
Indonesiaku yogya negeri sultannya.
Indonesiaku pancasila ideologinya.
Indonesiaku pembukaan konstitusi cita citanya.

Tujuh belas agustus tahun empat lima.
Tanggal tahun merdeka dalam kekosongan kuasa.
Kekosongan kekuasaan pemerintahan.
Diproklamasikannya kemerdekaan indonesia.

Demokrasi yang dijunjung tinggi dalam bernegara.
Yang terpilih memimpin dengan berkeadilan.
Kemakmuran yang didamba rakyatnya sejahtera.
Dalam perbedaan yang satu bangsa indonesia.

Rabu, 04 Juni 2025

Perjuangan Keluarga Bestuur


Darah Kemerdekaan Keluarga Bestuur.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Negeri dua kepala ular naga.
Aku dibawah bendera merah putih.
Tempat kakek meneteskan darah.
Darah perjuangan kemerdekaan.

Kami berjaya dalam kehidupan.
Menempati bestuur desa yang indah.
Kami mengalami tragis dan pahit.
Berpegang teguh pada pancasila.

Bahwa kami menurun bestuur.
Kami yang tersakiti terpilih.
Kami yang telah perjuangkan.
Perjuangkan kemerdekaan indonesia.

Pada sang pencipta alam.
Kami berbangga berbahagia.
Kami menitikan darah pada perjuangan.
Kemerdekaan kami raih dengan darah.
didalam keluarga bestuuran, kami bersyukur.


Perjuangan Kemerdekaan Keluarga Bestuur.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Kepada bapak proklamator.
Kami berdiri dibelakang kemerdekaan.
Menitikan darah memperjuangkan.
Memperjuangkan kemerdekaan.

Kaki dan tangan kami putus.
Karena mempertahankan kata merdeka.
Kami dalam keluarga bestuur desa.
Yang cukup pahit derita hidupnya.

Kami telah berjuang, 
Kami mengisi kemerdekaan.
Mengisi kemerdekaan, yang bermanfaat.
Penuh ilmu pendidikan, yang diamalkan.

Kami telah jerih payah.
Hargai kami, hargai perjuangan pahlawan.
Kami isi hidup dengan pedoman agama islam
Pengamalan yang hakiki disisi tuhan,
Indonesia yang telah merdeka.

Puisi Zaman Sekolah Bondan



Racun Cinta.

Ciptaan Bondan Ramadhani Purnomo.

 

Oh Ya Tuhan,

Ada racun ditubuhku dan pikiranku.

Adakah penawar atau penawar racun.

Yang sudah menyebar dan kronis ini!.

Ada gempa yang menggetarkan dadaku.


Terasa sesak nafasku.

Ketika aku merasakan sesuatu ditubuhku.

Ketika aku merasakan apa yang disebut cinta.

Hingga anganku tentangmu.


Tak pernah sirna menjerumuskan pikiranku.

Membayang dalam benak khayalku.

Pertarungan aku dalam mimpi indahku.

Hingga aku terjaga dari lelap tidurku.


Sepi Tanpamu.

Ciptaan Bondan Ramadhani Purnomo.

 

Kau luput dari penglihatan mataku.

Kau luput dari pendengaran telingaku.

Kau luput dari kata ucapan sayang dari bibirku.

Kau luput dari dekap hangat pelukan tubuhku.


Aku buta.

Apabila aku tidak melihatmu bertingkah dihadapanku.

Aku tuli.

Apabila aku tidak mendengar suara indah dari bibirmu.

Aku bisu.

Apabila aku tidak dapat berbicara denganmu.


Aku sakit.

Apabila aku tidak mendapatkan kehangatan

pelukan dari tubuhmu lagi.

Jika kau tidak menerima.

Setiap kasih yang aku berikan kepadamu.

Aku pasti kecewa dan sedih.


Walaupun.

Kau tidak membalas setiap kasih dan sayang.

Yang Kuberikan kepadamu.

Tidak mengapa,

Perlindungan yang aku inginkan darimu.

Kau untuk menerima setiap kasih dan sayang yang aku berikan.


Cinta yang dinanti.

Ciptaan Bondan Ramadhani Purnomo.

 

Mencari cinta untuk kebahagiaan hidup.

Cinta yang kunanti selama ini.

Tak kunjung datang.


Cinta, cinta tak kunjung kau datang.

Berlari hanya untuk mengejar cinta.

Dan mencari cinta sejatiku.

Berlelah menunggu cinta menyambut cinta.


Akan tetapi.

Cinta yang dinanti menjauh pergi.

Sejauh jarak yang memisahkan kau dan aku.

Jauh sejauh mata yang melihat.

Memandang mata hati yang rindu.

Belaian kasih sayang dari cinta sejatiku.


Gersang hati tanpa cinta.

Ciptaan Bondan Ramadhani Purnomo.

 

Gersang hati tak tersirami cinta.

Gersang pemikiran tak terhujani ilmu.

Menapaki jalan yang berliku dari cinta.


Membuatku bingung.

Akan makna dan arti cinta.

Sisa usiaku tampak lesu.


Menjalani hari tanpa cinta.

Menanti hari tua tanpa cinta.

Menanggung beban kesepian.

Sampai ajal menjemput raga nyawa.

 

Pertanyaan Kepadamu.

Ciptaan Bondan Ramadhani Purnomo.

 

Untuk apa aku berbicara.

Jika kamu tak mau berbicara kepadaku.

Untuk apa aku menyapa.

Jika kamu tak mau menyapaku.

Apalagi aku menatapnya.

Jika dia juga tak mau aku menatap wajanhnya.


Hanya sedikit senyum terlukis.

Diwajahku, Yang dapat aku berikan padanya.

Jauh tersimpan didalam benakku.

Aku ingin bertanya?

Apakah kau membenciku?

Apakah kau marah kepadaku?

Dan sampai kapan kau diam!

Dan membisu seperti itu!.


Jawabanmu, aku tunggu!.

Jawab yang dapat menjawab pertanyaan.

Yang selalu aku pertanyakan kepadamu.

Agar aku tau apa yang ada dibenakmu.

Agar aku tau yang sebenarnya.

Agar aku tau apa yang kau mau!.

 

Menanti Balas Cintamu.

Ciptaan Bondan Ramadhani Purnomo.

 

Disudut bayangan malam.

Dibisu kesunyian malam.

Sepi aku dalam kesendirian.

Melihat terang bulan memancar.


Menatap langit biru terpancar.

Titik kecil bintang berkibar.

Aku berharap kau temani aku.

Kau membalas cinta yang.


Tersimpan rapih dalam lemari hati ini.

Disudut ini aku masih menantimu.

Seorang diri merana dalam sepi.

Mengembara mencari cinta.

Dihatinya untukku dan dirinya.


Uap Cinta Yang Berlabuh.

Ciptaan Bondan Ramadhani Purnomo.

 

Kurasakan terik menyengat sanubari hati.

Panas membara mencairkan hati.

Jiwa mendidih.


Siapkan uap cinta yang bertebaran.

Terhirup nafas insan nan elok

Uap cinta telah berlabuh.


Pertanda dua insan telah bersatu.

Iringan nuansa romantika cinta.

Ketika dua darah menyatu.


Membentuk kisah suci kehidupan.

Terukir kisah insan yang indah.

Bak mahakarya agung yang abadi.

Nan mansyur tersohor harumnya.


Rindu hadirmu.

Ciptaan Bondan Ramadhani Purnomo.

 

Aku cinta kamu setulus hatiku.

Setengah matiku merindukanmu.

Aku ingin bertemu denganmu.

Walaupun hanya sekejap mata memandangmu.


Meskipun hati ini ingin rasanya.

Bercengkerama dalam pelukanmu.

Berpelukan mesra, tertawa dan bercanda.

Itupun jikalau engkau memperbolehkan.

Untuk sekadar menghapus rasa rindu dihati.

Yang semakin mabuk kepayang di hati ini.


Cinta mengapa kau datang?

Namun engkau terlarang untukku?

Merasakan beratnya hatiku meninggalkan kamu.

Entah sampai kapan cinta bersemayam didalam hatiku.


Cinta emas bersinar mentari.

Ciptaan Bondan Ramadhani Purnomo.

 

Cinta yang aku punya untukmu.

Bagai emas murni dua puluh empat karat.

Berkadar sembilan puluh sembilan persen.

Tak akan berkarat selamanya.

Hingga sepuluh juta tahun lamanya.


Lihatlah matahari yang cerah dipagi hari.

Lihatlah bulan yang bersinar dimalam hari.

Dan aku ingin melihat senyumanmu hari ini.


Kau diam beramarah.

Ciptaan Bondan Ramadhani Purnomo.

 

Kau diam penuh amarah.

Amarah yang pancarkan kebencian.

Benci yang kau tunjukan kepadaku.

Setiap tatapanmu terlihat raut benci.


Yang terlukis di wajah tampan mempesona.

Ketampanan yang pernah membuatku hatiku tertawan.

Kau jauh bertolak muka.

Tolak wajahmu terhadap diriku.


Setiap kau bertemu denganku.

Benakku dipenuhi tanda tanya?

Sebegitu bencinya, tega kau memusuhiku.

Benci hingga kau seperti itu!.


Bila aku berharap.

Ciptaan Bondan Ramadhani Purnomo.

 

Bila aku terjatuh.

Aku berharap.

Kau yang membantuku.

Untuk berdiri tegak kembali.


Bila aku bersedih.

Aku berharap.

Kau yang mengusap.

Tiap tetesan linangan air mataku.


Bila aku kesepian.

Aku berharap.

Kau hadir mengisi ruang hampa hatiku.


Bila aku bahagia.

Aku berharap.

Kamu menemani tiap hari ceriaku didunia fana ini.


Bila aku jatuh cinta padamu.

Aku berharap.

Kau berkenan diri menjadi kekasih hatiku.

Itulah harapanku untukmu terkasih.


Puisi Pancasila.



Pancasila Dari Penyambung Lidah Rakyat.

Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

 

Kami para pejuang bangsa

Kami bapak pendiri bangsa

Menegakkan keadilan dalam lima sila.

Menjunjung kemanusiaan yang adil dan beradab.


Wahai anak muda, ingatlah pancasila ini.

Adalah nilai nilai moral yang harus diamalkan.

Kita sebagai bangsa yang besar beraneka ragam.

Kita satu bingkai “bineka tunggal ika” dalam nusa.


Wahai rakyatku, junjunglah sikap berbudi.

Dalam bingkai acara bernegara, kami tetapkan.

Lima sila yang bermakna , perwujudan nusantara.

Menghitung hari kemerdekaan yang telah kita raih.


Wahai rakyat indonesia, kepada kalianlah.

Negara melanjutkan perjuangannya di dunia.

Dalam mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat.

Bila kita bersatu kita teguh, bila bercerai kita runtuh.


Wahai rakyat indonesia, dalam sila sila.

Itulah norma yang harus kita pegang teguh.

Sebagai identitas bangsa dan negara.

Bahwa kita adalah negara bhineka tunggal ika.

Dalam satu ideologi dan cita cita yang mulia



Garuda Pancasila Makna Kemerdekaan.

Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.


Kami tertulis satu juni.

Kami yang menulis pancasila.

Kami yang menetapkan lima sila.

Untuk nusantara yang beraneka ragam.


Kami yang menjunjung nilai moral.

Lihatlah para rakyat indonesia.

Memperjuangkan kemerdekaan.

Mengamalkan pancasila yang kokoh.


Dibuatlah lambang garuda pancasila.

Dari legenda burung garuda yang melawan ular.

Garuda yang menyelamatkan ibunya dari ular.

Legenda yang tersemat pada candi kidal.


Itulah bangsa kita yang dijajah oleh bangsa asing.

Kita bagai garuda yang membebaskan ibu pertiwi.

Dalam satu negeri yang kaya akan rempah rempah.

Bersatu dalam nusa bangsa yang berbudi luhur.


Hai, rakyat ditangan kalianlah

negeri ini tetap merdeka.

Amalkanlah pancasila dalam kehidupan kalian

demi cita cita bangsa yang luhur.

Cerdaskanlah kehidupan bangsa 

supaya berkehidupan yang baik.


Dalam cita cita sang penyambung lidah rakyat

Yang telah menemukan lima sila yang beradab.

Perjuangan belum selesai dalam mengisi kemerdekaan.

Yang bermakna bagi bangsa dan negara,

berdikari itu utama bagi negeri selamanya.



Peringatan Pancasila Satu Juni.

Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.


Pancasila yang ditulis satu juni.

Mengibarkan sang saka merah putih.

Kami pertahankan segenap raga.

Bertumpah darah yang satu.


Indonesia yang kami pertahankan.

Tumpah darah yang satu indonesia kita.

Cita cita mencerdaskan kehidupan bangsa.

Untuk berkepribadian bangsa yang baik.


Telah kami pertahankan indonesia.

Dalam desa yang menyambung satu.

Desa pusaka moyang kita dalam satu.

Satu nusa satu bangsa satu bahasa kita.


Ibu pertiwi telah merdeka yang dicitakan.

Merah putih telah berkibar dari sabang ke merauke.

Cita cita mulia menghapus penjajahan dimuka bumi.

Kita mengamalkan pancasila dan ketertiban dunia.

Puisi Puisi


Puisi Puisi.

Mimpi tentangnya berlewat waktu.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo
.
Dalam luka hidup dan kecewa.
Bersandar pada bumi bertepi pijaki tanah.
Ia, ku tunggu jua harapan menjauh dari nyata.
Lama waktu bersedih menyusahi hati ini.

Putaran waktu mengubah alur tema hidup.
Tak jua lekas kembali, dimana, ku tunggu.
Kau harapan dariku.

Pijar matahari menerangi hari, rembulan cahaya dini malam.
Bernyanyi pelan akan dahaga mimpi manis darinya.
Merenungi arah ku tuju dalam hampa tanpanya.

Ku bernyanyi dan mendoa.
Supaya dia datang dalam kembali.
Nyatanya hidup di jalan mimpi nyata.
Dalam jalan ini ku cari sendiri.

Menemukannya ditenang arus dunia fana tepi batas akhirnya.
Telah terlihat arah jalan hidup.
Ku, harapnya tak selaras melara dapat kini.
Tak terenungi kembali.,
Ku jalan cari sendiri...

-----------
Tersadari, perelungan waktu.
Putaran waktu mengubah alur tema hidup.
Tak jua lekas kembali, dimana, ku tunggu.

Kau harapan dariku.
Pijar matahari menerangi hari, rembulan cahaya dini malam.
Bernyanyi pelan akan dahaga mimpi manis darinya.
Merenungi arah ku tuju dalam hampa tanpanya.

"Pasti ku dapatkan kembali.
Tanpa dirintangi oleh jalan berliku meliku dari menempuh tingginya dunia.
Kepastian ku milikinya kembali percayalah mimpi manisku".

Parah bermata pedih.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Disedih luka hatiku.
Menyimpan dendam kenangan.
Amarah benci hidup merindu.
Dibawah biru angkasa.

Daku sembunyikan rindu dendam.
Tersembunyi hidup kelam lama.
Tak cukup dapat membantu.
Menutupi luka kecewa hidup ini.

Basuh wajah air memancur.
Menutupi air mata aliran gelora.
Butuh waktu ku tepiskan ayalmu.
Walau tak ayal kau datang melintas.
Terbayangi imajinasi memintas.

" Didalam hidupku.
Ku tak pasrahkan hidupku meratapimu.
Biarlah kau tiada berlalu terlampau.
Dari hidupku.

Oh mengapa? Dan kenapa?
Ia pergi tak lupa melupa dariku.
Pada pelita alam manis kenangan merindu itu.
Telah taklukan egosentri berjalan alur nyata.
----------
"Percaya tak mau percaya,
dia yang telah berjalan pilih yang lain dariku.
Ku, dia tak tau kemana, dimana.
Tak mau ku terus mengikuti jejak jalan hidupnya, ku pulang darinya.

Dimana ku, dia menjalan satu hati dan ruang"
Telah ku tegarkan.
Untuk daku bersembunyikan nyata dihidup kelam lama.
Tak cukup dapat membantu, Menutupi luka hati yang telah kecewa.

"Telah ku tegarkan.
Kau, dia melintasi hidup dariku.
Demi hidup ku pertahankan.
Aku sendiri............."

Satu cerita waktu kawan.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Bait puitis hidup kita.
Memberi drama warna hidup.
Bercerita kita dalam kebersamaan.
Satu hati kita berkawan sejati.

Arti mencari harga hidup ini.
Detak waktu masih berputar.
Bila kita tetap ada bersama.
Tentu harga kita tetap ada.
Kesan hidup lebih bermakna.

Tenang kawan.
Sejati kebersamaan kita ideal drama dunia.
Arti harga kawan lebih dari harga harta.
Bagi kita dunia milik kita.
Temukan sejatinya hidup ini.
Tetap waktu terus ada.

Sejalan hidup kita jangkau bumi.
Hentak kaki pasti bergerak tak henti.
Meraih kepastian bila tepati janji ternikmati.
Tak satupun tanpa hasil prestasi baik kita.

" Bait menambah cerita.
Kebersamaan kita yang terhargai bumi.
Terestui alam fana.

Arti mencari harga hidup ini.
Detak waktu masih beputar.
Bila waktu masih kita bersama.
Tentu harga kita tetap ada.
Kesan hidup lebih bermakna.

"Bila kita dalam cita dan harapan dalam satu ruang.
Menuju langkah pasti bercerita masa depan terbuka.

Tak ada perpisahan dalam kisah ini, kita hidup lama dan jalan ku, kalian pasti sama.
Bermakna dan sia sia dapat kita lalui dalam hidup dalam satu setiakawan"

Kembali terlahir ditempat ini.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Kau di jaga cinta mu terlahir untukku.
Satu kesempatan terberi padaku.
Nostalgia dari tangis derita bahagia.
Ku kembali bertempat kini.

Masa kemaren, ku lembarkan kisah bertahan.
Bertahan dari cobaan hidup dan uji godaan.
Yang ku terjatuh dalam mesranya kasih terkasih.

Terasa semu telah nyata apa adanya.
Ku kembali dari pergi ku.
Memberi arti betapa berharganya hidup ini.
Ku tak benar marah benci pada kau.

Kita bertemu dan bersatu kembali.
Berbeda kau dan aku, tak satu terpisah tetap bersama.
Kini, ku pahami jalan hidup dari perbedaan masa waktu.

Kita pasti terjalin dan bahagia bersama.
Dalam goda dan coba esok hari.
Terjalin kasih mengasihi bersenandung burung merdu.

Satu kesempatan terberi untukku.
Nostalgia dari tangis derita bahagia.
Ku kembali bertempat kini.
"Menjalani hidup ini, kesempatan akhir kau beri padaku".
Ku takkan kecewakan cinta ini, satu teman hidup tersemu dalam bait cantik".

Terjalin Seperti Waktu Dulu.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Di masa yang usai berwaktu terlewati.
Detak jam dinding berjarum putar.
Bertanda angka waktu kita di bumi ini.
Alunan lagu senandung ku dengar bergema.

Tiap hariku bergetar sendu jiwa.
Ku tenangkan batin di dadaku kuatkan jiwa.
Dia kenangan dahulu,
Tak dapat kembali terulang masa kemaren.
Ku menanti.

Ku jalani hari esok yang penuh damai.
Tiada jalan ku temui, ku berjalan temui jalan ku kembali.
Kembali pada nya.
Seperti waktu yang dulu, saat dia masih bersama ku.

Berjalan sepanjang alur utara melintang ke selatan.
Berlalu waktu dunia, senja menuju ke barat tiba dari timur.

Ku temui lama hidup, damai tenang bahagia.
Baru ku temui seperti waktu dulu...
Bagi ku, kau lah segalanya...
Dia ku nantikan , kau lah kasih teman hidupku.

Tanpa ku rasa sendiri kembali pada ku.
Teman hidupku.
Terkasih jalin pencarian jalan sendiri.
Berpadu bertemu kembali.

Lagu Anak.
Cing Kucing Anak Siapa.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Ketika ku berjalan.
Ku melihat sebuah kardus.
Lalu ku mendekatinya.
Ternyata ada beberapa bayi kucing.
Oh kasihan sekali.
Lalu ia bersuara “meong”.
Lalu ku bawa pulang ke rumah.

Reff :
Cing, Kucing, Cing, Kucing anaknya siapa?
Nih kucing, nih kucing yang punya siapa?
Cing, kucing, cing, kucing anaknya siapa?
Nih kucing, nih kucing yang punya siapa?

Ketika ku berjalan.
Ku melihat sebuah kardus.
Lalu ku mendekatinya.
Ternyata ada beberapa bayi kucing.
Oh kasihan sekali.
Lalu ia bersuara “meong”.
Lalu ku bawa pulang ke rumah.

Puisi

Teman Raden Aditya Aris Nugraha Cucunda Raden Demang Harjosuprato dan Raden Nganten Warsinah Harjosuprapto Keturunan Pendiri Desa Kuwaru, Trah Raden Tumenggung Kolopaking Bupati Purworejo, Trah Raden Tumenggung Sindunegara, Trah Bupati Gombong Roma, Trah Bupati Banyumas, Trah Amangkurat I dari Mataram Islam.

Teman Muhammad Sartono anak dari Kepala Dukuh di Boyolali Jaman Suharto dan Raden Ajeng Suwarni bin Raden Mas Ngabehi Warsitonegara Pegawai Kasunanan Surakarta tahun 1925, bergaji 2500 gulden perbulan trah Adipati Mangkunegaran III.


Desa Cidamulja Yang Permai.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Desa yang ku cinta.
Telah menoreh sejarah keluargaku.
Nenek moyangku pemimpin desaku.
Makmur desa yang bersawah terhampar.

Luas desaku terbagi dua.
Desa yang menolong keluargaku.
Kami memimpin berkeadilan rakyat.
Desa yang memilih keluarga kami.

Kami priyayi pamong desa yang tak terlupa.
Desa yang indah berbukit dan pantai jauh.
Selamanya, kini esok berjalan makmur.
Damai hijau dihamparan sawah yang luas.
 
Dia Yang Bernama Singa.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Wajah yang rupawan tak semu.
Tak berpaling dari rupawan dirimu.
Kharisma dirimu yang kalem menawan.
Layaknya kau adalah bocah kecil.

Aku yang jatuh cinta.
Tergiur dalam nafsu yang memaksa.
Memaksa diriku yang terdorong nafsu.
Untuk terus mencintai dan memberimu.

Kasih cintaku karena kamu.
Itu tulus dari sanubari hati yang ingin.
Keinginan untuk hidup bersamamu.
Dalam cinta dan tahta yang indah.


Desa Mulia Tanah Kami.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Desa yang panas siang terik.
Terasa dingin menusuk malam gelap.
Desa yang terhampar sawah luas.
Tanah desa yang pernah menolong kami.

Didesa keluarga kami priyayi pamong desa.
Desa memilih kami berdinas bestuur desa.
Desa yang makmur, kini esok tetap makmur.
Disepanjang rel kereta depan stasiun sidareja.

Tanah mulia berdiri dipangku bendera merah putih.
Tanah suci pusaka nenek moyang kami yang permai.
Para moyang berpamong desanya desa sidamulya.
Yang terkenang esok dan seterusnya mulia raya.

Keluarga Bestuur Dua Desa Makmur.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Desa yang dihamparkan sawah luas.
Tanah kas desa kami yang subur hijau.
Aliran sungai berwarna coklat berlumpur.
Menambah subur sawah kami yang kering.

Keluarga kita yang memimpin desa.
Berkeadilan rakyat, bermusyawarah desa.
Makmur rakyat desa dalam kepemimpinan.
Hasil panen yang melimpah dinikmati.

Dalam sejarah yang gemilang.
Aku panjatkan syukur kepada sang hyang.
Cinta kasih yang dilimpahkan pada kita.
Kita yang memimpin desa yang indah.

Desa Yang Berbendera Merah Putih.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Cita cita sang proklamator.
Kami pertahankan desa.
Kami pamong desa yang adil.
Pertahankan merah putih di desa.

Kami memimpin bertumpah darah satu.
Tanah air, tanah bumi pertiwi dalam desa.
Kami bertahan didesa untuk indonesia.
Dalam satu cita cita pancasila yang adil.

Kami bersujud kepada sang hyang.
Yang memberi mandat desa kepada kami.
Mempertahankan bendera merah putih.
Untuk indonesia yang luas, untuk kami.


Akankah Bersanding Putri Wangsa Kutub.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Akankah aku bersanding dengannya.
Putri raja dari negeri kutub utara.
Dilema cinta ini memilihnya bersanding.
Akankah wangsa kutub utara termiliki.

Mandat surga mengizinkan kami bersanding.
Kami menurunkan wangsa kutub utara.
Bumi yang indah hijau dengan pegunungan berbatu.
Dipenuhi es, salju yang tebal bermusim dingin.

Atas karunia sang hyang, kami berwangsa kutub utara.
Negeri yang makmur dengan hamparan bumi yang indah.
Terhampar hutan hutan berbukit batu.
Rakyat yang makmur, pemerintahan wangsa yang raya.


Bersenggama Terikatan Gereja Sang Pewaris Tahta.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.
 
Wanita pewaris tahta negeri kutub.
Telah menerima cinta sejatiku.
Kami bersenggama dalam ikatan gereja.
Menurunkan keturunan wangsa kutub utara.

Dalam kebahagiaan negeri kutub yang makmur.
Hamparan daratan penuh hutan berbukit batu.
Sepanjang enam bulan musim dingin.
Sepanjang enam bulan musim panas.

Kami bersyukur atas mandat surga.
Dikaruniakan negeri kutub yang beraja.
Kami wangsa negeri kutub penuh es yang beraja.
Beraja raja yang berkeadilan dan sejahtera.

Diri Terpilih Untuk Cita Cita.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Rakyat memilih pemimpin.
Pesta demokratis berlangsung.
Diri yang dipilih terpilih oleh keadilan rakyat.
Diri bersiap memimpin lima tahun kedepan.

Cita citanya berkeadilan pendidikan.
Pendidikan untuk mencapai keadilan kesejahteraan.
Cita cita negara mencerdaskan kehidupan bangsa.
Yang mencium dan mengenggam bendera merah putih.

Kami hormat kepada sang saka merah putih.
Menjalankan cita cita pancasila dalam bernegara.
Indahnya desa desa berbendera merah putih.
Kami pamong praja berkeadilan pendidikan.

Minggu, 01 Juni 2025

Puisi


Kau bukan untukku mimpi malam dibalkon pagi.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Alur waktu memetakan situasi perbedaan dari rintang waktu
Cari tambah waktu ekawarsa kelipatannya.
Lemah alunan merdu didada melemaskan pribadi menanti
Cemas harap impian bertahan sama direntang waktu bersifat futuristik.

Layaknya seusiaku remaja beryogya menari euforia
Di istana kehidupan dalam sebuah pembelajaran pada taman kehidupan.
Rasa nyaman beraktifitas harian bersama perkawanan
Berkadar friendly dalam sambut satu padu kasih beramah tamah.

Dalam sisi ruang bangunan penuh pepohonan cemara
Berdaun lebar khas daun mangga berdiri pagi ku di tepi pagi
Telah terbit matahari sumber panghidupan alam
melingkupi lingkungan hidup yang indah ini.

Lapangan basket luas tentu bukan satu satunya
Bidang tempat berfungsi jenis olahraga
sebelahnya lapangan futsal terbentang luasnya
Kabut pagi menyelimuti pukul enam pagi

Telah ku dapati waktu telah bertempat
Dengan komputerisasi absensi database
Bersantai menikmati waktu percuma.
Baris orang datang satu tambah dua kelipatan

Menambah kelipatan jumlah berpuluh terkumpul beratus orang.
Berpadu satu perkumpulan luar bangunan pengayom personal bawah usia.
Mentradisi baris baris sebelum aktifitas berkesepahaman.
Di balkon aku berdiri menyandar tangan pada tepi tembok.

Dibalkon ku berdiri memandang atap langit kelabu berawan
Menyembunyikan matahari terbit permulaan naik permukaan.
Dengan sendu hati tiap hari menatap hari hari masa futuristis.
Kala ku ingin kesungguhan dunia darinya setelah keluar

Dari membayangi lewat batas waktu awal pembukaan dunia lapang
Bagi generasi personal baru beranjak dewasa.
Dia semakin jauh hilang bagai tertiup angin tak dapat ku pegang
Atau ku genggam dunia mimpi malam itu.

Kurasa angin malam dingin menyentuh sejuk menelah tubuh tertahan
Dalam beku tak membeku lain siang angin mengering
Memapar sinar ultraviolet matahari bakar hangat tubuh hitam tanda kulit.
Kau bukan untukku,

Dunia mimpi yang ku kejar meraih cita cita layaknya pribadi seusianya
Mengapa ku semakin rindu tak terhampiri jauhnya dunia telah jauh pergi.
Menelusuri pengalaman tak berbesar harapan idealis layak pribadi seusianya
Terlengser pseudopolitisasi parlemen jalanan.

Terpandang dunia telah melansir idealisme para personal terealisasi
Terpadu suatu era open dream terbarukan terasa melela mata
Terlampau pencapaian pribadi seusianya darinya tua dan semuda.
Kiasan warga daerah tertinggal anekdotisasi melabel pada pribadi ini

Terlanjur bersyukur cukup berswakarya maju.
Reunifikasi temuan ruang waktu tempat
ungkit lama lama cerita terlampau
Mimpi ruang balkon tempat hari ku menjalani

Waktu tak sedikit waktu kupunya telah habis lama
Memandang langit kelabu berawan hitam
Meyembunyikan matahari hidup bermula
Dalam kelam kalut langit menangis bergemuruh.

Menyeru matahari pagi pancarkan sinarmu
Agar kita manusia merasakan kehangatanmu
Biar biar telak mimpi buruk kemaren
Hilang ditelan malam yang kelam.

Ku lanjut dalam mimpi ruang waktu lain
Layaknya dunia pernah kau tetap untukku
Dari kau bukan untukku yang rinduku
Semakin ingin kala mendamba kesungguhan cinta dunia darinya.

Ketentuan peranan manusia berbudaya.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Suratan qada menceritakan narasi sandiwara kehidupan.
Sandiwara berbagi peranan dunia nyata tak berfatamorgana.
Tak kelam dimalam dan panas terang berderang di hari menjelang.
Mimpi telah mengelola sumber daya alam beraneka ragam.

Pertanda sumber kekayaan melimpah dibumi yang fana.
Manusia menyurati kehidupan penuh sarat duniawi.
Hedonis gaya hidup membawa kegembiraan berdinamika.
Keparsialan seala kadarnya dalam derita hidup setiap pribadi.

Cerita manusia dibumi berkadar budaya dan ideologis.
Manusia merintis peradaban bermimpi amerikanisasi.
Terlewati oleh mimpi wahyu keraton mendominasi berabad silam terlampau.
Gaya peradaban baru dalam modernitas telah menjelma bertema masa.

Tema hidup dari mimpi kelam pada hari gelap berlalu.
Tersurat qada dan qadar,
Bahwa manusia sudah berkhalifah dimuka bumi.
Mengubah geografis alam hayati bersumber daya potensial tinggi.
Seolah pertanda manusia telah menemukan sejatinya duniawi.

Halusinasi Kawan dan Lawan Pribadi Terasing.
Ciptaan : bondan ramadhani purnomo.

Rasa sunyi ini menyelinap dalam hati.
Suasana ramai dan gaduhnya lalu lintas jalan.
Ramainya lingkungan luar rumah tetap terasa sunyi.
Pertanyaan dari halusinasi ini.

Tentang Pribadi yang tak terkenal dan terasing.
Bagai terkenal tetapi tak terakui bahwa itu ada.
Dalam terang di atas matahari bulat dari timur dan hilang mati di barat.
Halusinasi berteman dan bermusuhan dalam pribadi.

Dalam gelap di terangi setitik bintang berbulan terang bola kasti.
Halusinasi tetap eksis dalam realita pribadi jiwa terasing.
Seolah tiada akhir halusinasi.
Menyapa dalam indra pendengaran dan indra penglihatan

Yang merasa was – was akan buruk kabar terpandang.
Terlena dengan rasa ragu akan pandangan dan pendengaran
Yang membangun jiwa bagai bayangan ilusi yang idealis.
Pribadi terasing menderita akibat luka dari arus halusinasi.

Jiwa kosong yang pedih terkorek robek menimbulkan bekas di jiwa.
Bagai memikul batu yang berat alangkah batu bangunan tanpa harga mahal.
Bertanya dan berdiskusi, Pribadi terasing melawan halusinasi.
Tak ada jawab yang pasti? Halusinasi terus berlangsung.

Jiwa yang berat dengan tekanan kepala terpengaruh suasana ketegangan.
Dasar nasib, di ujung ekpetasi peluang halusinasi terhenti.
Halusinasi tidak mau kalah, ia tetap ada untuk menang atas pribadi terasing.
Lawan dan kawan dalam pribadi terasing tak pasti dalam halusinasi.

Seperti narasi dalam akting kehidupan yang tak pasti.
Dalam dunia penuh sandiwara.
Pribadi terasing mendamba kasih dari realita tanpa halusinasi.
Harapnya dan idealnya dari pribadi terasing.
Satu kata “selamat jalan halusinasi”.
Teman buruk dalam realita hidup pribadi terasing.

Siang hari dilapangan
Ciptaan : bondan ramadhani purnomo.

Matahari beranjak naik diatas kepalaku.
diselimuti tebalnya awan hitam seperti ular yang memanjang.
dengan birunya langit sebiru laut yang memantul warna dari langit.
kala itu ku duduk di atas bangku bambu beratap jerami.

sendiri menatap langit mendung dan lapangan luas berumput hijau.
Sekian lama aku duduk terdiam hujan pun turun dari langit.
dengan gemerincik suara ketuk dan tetesan air bening dari langit.
nuansa sunyi yang kurasa hingga beberapa orang yang lalu lalang.
dan berserta suara sindiran dari pemukiman yang terdengar.

Namun,
perhatian ku tertuju pada motor yang beberapa kali melewati.
yang kucurigai membawa suatu pesan melalui bahasa isyarat.
bahasa isyarat yang memang sedang kutunggu!

entah pertanda apa yang ingin ia beri tahu padaku.
Didalam kebisuan dan sunyinya lapangan.
bernyanyi ku sendiri dengan rasa sesal dan sedih.
dasar nasib membawaku pada kesendirian yang membuat sepi hidupku.

Kau berpikir sejenak sembari terdiam!
apakah aku benar kesepian, ataukah aku sendiri dalam keramaian.
apakah aku benar kesepian atau aku yang menyendiri dalam keramaian.

Pertentangan jiwa untuk perubahan pribadi.
Ciptaan : bondan ramadhani purnomo.

Menatap Kosakata Perasaan tentang situasi di diri ini.
Adakah bahagia, sedih, benci, cinta bagai afeksi dalam emosi.
Ibarat berbagai pilihan di sisi duniawi berbagai resiko
dan benefitnya yang akan terpanen dengan mengabaikan

dan mengamalkan sisi lain yang gaib yaitu alam baka dan kiamat.
Mendelik mata ini melihat berbagai megahnya.
Arsitektur bangunan dunia di bagian wilayah ini.
Merintangi langkah menderu roda dalam rute perjalanan.

Tertambah rasa cemburu dan ingin hati untuk meraih bintang di langit itu.
Rasa untuk meraih emas dari langit atau menjatuhkan meteor emas dari langit.
Parlemen rohaniah berdiskusi antara majelis jiwa dan majelis pikiran.
Bersidang majelis jiwa dengan pertimbangan rasa baik dan rasa buruk.
Bersidang majelis pikiran dengan pertimbangan akal sehat dan akal licik.
Bermufakat dalam pertentangan musyawarah batiniah bergusti nan bergumul.

Satu tindakan yang di pilih,
Sebagai aksi nyata dari tindakan sebagai eksekutif nyata.
Melangkah untuk usaha melakukan perbaikan hidup.
Dari situasi dan kondisi terpuruk di hari kemaren.

Dengan kuasa diri,
dalam aksi nyata pelaksanaan perintah diri untuk aktifitas kehidupan.
Tercipta suatu hasil dari perbuatan dari hidup yang buruk.
Menjadi pribadi berkualitas dengan pelajaran hikmat.
Orang dahulu terpuruk ini berhasil meraih kelas
yang terpandang dalam status sosial.
Kamus menambah kosa kata dalam hidup.
Rasa puas dan rasa berterima kasih sebagai padanan mutlak dalam hidupnya.
Tunduk dan tanggung jawab kepada Yang Esa sebagai Pengawasnya.

Pertemuan tiga tahun ruang berbeda.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Pertama angankan mendapa denganmu.
Arus merasaku jauh terhempas tenaga bertiupan.
Badai petir hitam berarak berawan terlaju air deras langit.
Menghenti lajur kendara roda dua tak kuat melawan arus alam.

Tiup arus hawa angin gerak tergoyah melabilkan berkendara.
Membalikan arah perjalanan seharusnya ku tempuh.
Gubuk kiri jalan lawan balik arah jalan kutemui pandangnya.
Hendak melaju pelan ke gubuk antara sawah melayu kuning padi.

Alam menerpa tanah kering jalan raya baru layak jalan tol.
Turun melangkah kaki mematikan arus listrik tenaga kendaraan.
Kudapati pria tengah duduk sejak siang benderang.
Benderang langit cerah berawan biru tak berasa pernah terhujani.

Duduk ku menanti beberapa puluh menit terasa dua jam terlewati.
Memudar gejolak pergumpalan arak arakan awan langit menderu bumi loka.
Kemelut menggelegar gempar tubuh gemetar mengetar benda bumi.
Kilat cahaya tiru foto biru merekam datang terlambat suara merambat gemuruh.

Beranjak tubuh berkendara sepeda bermotor matic hitam.
Longok toleh kepala memanja manis mata nuansa baru lingkungan hidup.
Sisi kanan kiri jalan berlapang petak sawah berpadi tumbuh sedikit air.
Menelusur jalan panjang dari api abadi mistis berabad lampau.

Keanekaragaman pohon berladang jagung tebu tomat bermayur mayur
Menghijau sayuran segar sepanjang daerah baru ku napaki pijak kaki bertanah.
Tujuan melaju rute perjalanan menuju tempat ku jangkau.
Tanpa ku melihat GPS Navigasi modern teknologi abad 21 ini.

Hanya melaju telusur rute jalan jarak baru kutempuh.
Bermodal hapalan rute jalan malam tadi telah tajam
Pemahaman rute perjalanan jarak jauh daerah baru kutapaki.
Hirup atmosfer bau rasa baru rute jalan lurus khas tak berblokade

Memutar berputar jalan konblok kotak area bangunan.
Layak kota megapolitan kelahiran dulu ku tinggali setengah tahun lalu disini.
Sore tiba menjelang kota pahlawan aku menuju
Modal hapalan GPS Navigasi yang modern abad 21.

Telah datang ia bermalam dua hari berumah bebuyutnya.
Ku tunggu dia dari barat sana sepanjang rel kereta api
Dijalur utara jawa untuk menemukannya kembali.
Hadirnya tanpa sangka ku pikirnya dekat dengan ku.

Tanpa aku undangnya untuk kunjung bertemu
Dalam kota yang sementara ku tinggali .
Dia kawan kecil berkejuruan sekolah sepadu.
Berantara afeksi jiwa gejolak cemas senang resah gelisah tenang riang.

Ditengah tegangan membisikan dada dan mindset.
Syukur hidup tanpa menduga berkesempatan bertemu ketiga tahun tak menjumpai.
Dalam satu kota yang sama dan kini terpisah dalam lingkup kota berbeda.

Perpisahan jalan hidup yang hidup.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Awal waktu kudapati kondisi orang dalam kumpulan.
Pada kumpulan orang ditempat umum biasanya interaksi sosial.
Aktifitas saling mengenal antar personal suatu kebiasaan umum.
Kita berjumpa penjumpaan dalam pertemuan beriring waktu berjalan.

Pertemuan pertama ada kenal dan rasa bermau
Jalin kawan sambut jumpa pertama.
Dekati persona dan karakter menyifati
Awal ketertarikan dalam warna warni pelangi hidup.

Saling meminati dalam hubungan pertemanan
Dan berbagi hidup dalam kebersamaan jangka waktu panjang.
Tak singkat pula fase waktu kita
Menikmati suka susahnya.

Peluh hidup dunia telah membuat lain
Dalam satu ikat tema riwayat.
Lain dari yang sebenarnya alam telah
Membuat lari dari kenyataan yang ada.

Bahwa dunia fana tetap rahasia dan fana
Dunia mengandung racun menyakitkan.
Dalam waktu telah kita jalani
Tak sejalan hidup seriwayat sedahulu masa tahun.

Merintangi dunia dalam perbedaan kasta
Yang berdampak memisah kelas sosial.
Gejolak massa waktu dan arus penekanan dunia
Telah merubah putaran roda waktu dan kasta sosial.

Terpisah jalan kebersamaan kita bersama.
Jalan seringkali terintangi penyatuan
Rasa kawan dan lanjut berbagi hidup dalam satu ruang.
Jauh telah memisah raga di antar daerah tak menjangkau

Sungguh, perpisahan tak menyenangkan.
Tapi setidaknya perpisahan kita baik.
Sedih tentu, tapi lega bila perpisahan hidup.
Kau dan aku tetap hidup dalam jalan hidup berbeda.

Tak sama dalam ruang waktu dan tempat.
Walau aku punya bayang dirimu saja setelahnya.
Kita tetap teman setia selamanya.
Selama hidup ini memberi kadar waktu usia manusia.
Berteman tak selamanya bersama.
Dunia memahami kalimat dari fase kehidupan 

Legenda puncak berawan putih berbukit duren.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo

Pagi hari berada dibahu matahari terdapat sinar.
Pada sinar terbit arah timur terkandung sumber awal hayati.
Bersinar ultraviolet manfaat vitamin sehat bagi manusia.
Menjelajah suatu pagi terangkat matahari di atas kepala.
Siang hari, mengelilingi area berbukit dan puncak gunung.

Bukit bermisteri tersembunyikan danau legenda bidadari.
Berawal cerita rakyat tentang legenda asal muasal para moyang.
Para leluhur suatu dinasti desa perdikan berhutan kelapa di selatan.
Danau tersembunyi dalam pertanyaan? Apakah ada kayangan diatasnya?

Dewi betari turun bermandi pada danau penuh misteri dimana para pengageng.
Telah mempersunting menurunkan anak cucu setengah betari kahayingan.
Berkeprabonan di tanah pendahulu berabad abad lalu.

Beberapa minggu.
Eksplorasi area sekitar memandangi bukit berpuncak ditumbuhi hutan hijau.
Lebat hijau aneka pepohonan berdampingan kebun durian bernikmat rasa.
Awan gelap tebal menyelimuti menyentuh puncak gunung dan bukit hijau hutan.
Bersatu awan gelap menyelinap sela sela bukit menjamah pepohonan layak kabut.

Pada gelap awan gelap bertitik jenuh
Awal titikan berintik rintik tetes hujan.
Menderas diantara gerimis awal berakhir fase hujan.
Ketika langit biru cerah bermatahari pijar kuning hidup timur sebelum mati timur.
Arakan awan bergumpal pada waktunya menyentuh bukit hijau berubah putih.

Layaknya asap menyelinap disela sela pepohonan.
Menutupi bukit bawah puncak gunung dan pegunungan.
Menyimpan kadar petir berumus ion negatif dan positif yang bergesekan senyawa ion.
Kilatan petir bila bersambar yang merabat diantara awan putih mau gelap awan berarak.
Suara gemuruh datang merambat belakang waktu.

Tersadar bahwa awan putih kapas adalah kabut
Yang tak berbau tak tergenggam hawa terasa.
Teringat bila awal waktu pendidikan dasar, kita siswa pernah mempelajari bahwa.
Terdapat teori hipotesa ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial.

Hujan dan panas yang dilalui disepanjang jalan terasa sunyi.
Dalam keramaian diantara lalu lintas penduduk beraktifitas terasa sepi.
Suara tampak tak menampak diantara lalu lintas melalang.
Diantara kesunyian melihat betapa ada wajah wajah ilahi “tuhan”.

Menambahkan ekspetasi berfatamorgana setiap lengkungan pelangi.
Bias pantul warna bilangan menambah indahnya kawasan bukit hijau hutan.
Sepulang darinya, kesan tampak petir menggetir dada perasaan.
Perubahan nuansa berbeda terasa bila tapak kaki dengan dahulu lewati sekedar.

Damai, kata bijak pasti adalah kondisi nyata.
Bergunung mati melemah lembut bernormalisasi.
Dalam ketenangan yang tak terusik.
Dalam lelapnya arwah negeri alengkara murka.

Satu lembar ditutup dalam buku kisah.
Yang telah terlelap mimpi kemaren hilang dimalam yang kelam.
Hidup harus berlanjut hayati satu raga dalam siklus kehidupan.
Tiada berhenti waktu selama hayati ada pada bumi.
Kedamaian dan ketertiban ada dalam dunia dibukit berlegenda mitologi naga.

Kognitif sosial dan persepsi berpola sosial.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo

Menahan beban berat menyentuh dada.
Seakan sanubari terhimpit memerah pedih.
Usik menelisik zona nyaman merangsang dada.
Cemas menekan impulsif psikis dada dan otak.

Dihari hari ku telah berlalu.
Pada perjalanan hidup, persepsi dan opini mendapat respon.
Mempertanyakan tentang kognitif? Apa yang telah dilalui bertema waktu.
Memandang peristiwa – peristiwa yang terjadi pada lingkungan majemuk.

Ku dapati layaknya siang normal lainnya.
Setiap hari cerita yang dialami melalui pengalaman hidupnya.
Dari awal dan akhir tentang pengalaman orang – orang kebanyakan.
Memiliki nuansa latar belakang kehidupan pribadi dengan sosialnya.

Menilik taksiran bernilai dari status sosialnya.
Menemukan realitas tentang cara pandang hidupnya.
Tentang sebuah nilai normatif, budaya dan pola sosial.
Berdasarkan hasilnya kebiasan – kebiasaan lingkungannya.

Hasil pengalaman cerita orang dari berbeda ruang waktu.
Ku telah menemukan bagaimana tentang kehidupan orang lain.
Telah ku pahami bahwa setiap orang baik dari status sosialnya.
Bahwasanya mereka memiliki dunia tersendiri dengan daya dukungnya.

Ku telusuri perjalanan hidupku kini mendapati pengalaman.
Temuan temuan peristiwa – peristiwa, ku alami dibeberapa tempat.
Ku pertanyakan, apakah ini realitas ataukah hal semu terkeliru?
Perbedaan kognisi dari persepsi pada lingkungan sosialnya berbeda.

Belum jelas aku pahami arti dan harga kehidupan.
Dalam bayang pikir tersirat bahwa ditempat manapun.
Menetapkan prinsip bahwa kondisional normalisasi.
Walaupun berpola sosial berbeda – beda dalam kemajemukan

Menandakan ciri ciri tersendiri bahwa harga suatu nilai hidup utama
Sepaham teguh tentang budaya ideal menunjukan etika dan normatif.
Merupakan suatu cara hidup berbeda tempat ruang dan waktu.

Taman Harian Berlalu.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Taman senja tempat ramai dalam duka suka.
Bersuka ria di telaga warna tirta kupandangi.
Terlihat tiada perubahan berarti untuk memandangnya.
Dewasa ini, terasa sepi yang kosong tak sedahulu kembali.

Mall besar didaerah mempesona.
Telah pudar masanya tak semenarik kembali.
Kawasan yang dahulu seramai pengunjung berbelanja.
Para pemborong berputar aula – aula layaknya tawaf haji.

Diskon harga jual tahun baru dan lebaran menanti.
Barang – barang kebutuhan primer sekunder mencuci mata.
Menarik hati untuk segera dibeli oleh peminat dan pengunjungnya.
Lepas penat diantara kesibukan hidup menikmati hiburan memukau.

Dulu dan kini.
Dulu tak pernah sepi dinanti memikat pesona.
Kini pengaruh mempesona tampak memudar.
Berdirinya gedung besar megah dua dekade tampak usang.

Ikon daerah dimasa awal millenium.
Tampak mengalami perubahan berarti.
Kebanggaan semarak event pusat berbelanja itu.
Telah bersaksi bisu dalam memori peminat meminati.

Usang, dulu meriah dalam kesederhanaan.
Zaman millenium dua dekade melihatkan kebersamaan.
Kebersamaan telah menikmati kehidupan yang ramah dan aman.
Bersyukur mendamba diantara hal tiada pernah merentan rawan.

Terluka Di Kota Lahir Dalam Nikmat dan Jeritan Rindu.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo

Menelaah hari dinanti hari pada ruang toko tertatap jenuh.
Dada memberat menahan tekanan psikologis mengendap.
Beban rasa membatin terpedih, tangispun dibendung mata.
Memandang dunia fana sekali hidup, apa ku nanti?

Tangis ku bendung, cucur tak bercucur dipilu dada.
Tersesak tanpa lapang dada telah berlalu rasa beban.
Sakit memberatkan punggung terobati psikotropik.
Dunia mengalami perubahan peningkatan taraf hidup.

Disesal tertinggal telah ku tinggal kesempatan emaa.
Ku tanya mengapa, tiada berubah dari terdahulu?
Bersih, tertib dan kecantikan mewahnya hidup.

Dunia bukan ajaran buddhisme,
Bertobat dari mewah dunia terbebas samsara dan karmapala.
Dalam menuju kesempurnaan nirwana tak terinkarnasi kembali.
Saran ajaran upaya berbudiman yang suci dari mewah dunia.

Ini adalah sekulerisme negara, bukan negara teokratis.
Dalam hidup mayoritas penduduk beragama islam.
Nabi khatanul anbiya mengajarkan ikthiar menghidupi diri.
Kata ikhtiar merupakan upaya dalam mencapai kebutuhan.
Contoh teladan nabi, berdagang dan sedia empat dinar perhari.

Ayat Al Quran terkutip,
“manusia mendapatkan hasil dari yang diusahakanmya”.
Ku merenungkan diri,
Teringat sebagai orang biasa bukan daripada tokoh itu.
Tak lupa lupa kenang ajaran dunia pendidikan idealisme.

Luka tetap luka selembaran tak berarti terbuka dalam tempat.
Tiada arti ku ratapi meratapi, layak yahudi meratap dinding baitullah.
Aku hampa dalam kenangan cantik menikmati kebersamaan kota terlahir.
Di luka lama kota lahir, harap aku bagai tak sampai.

Tiada ku berhenti serah pasrah bilamana hidup sekali selesai.
Tanpa dianggap bila wafat, damai sunyi tanpa serasa dahulu.
Beda status sosial? Pengaruh luar? Suasana berubah.
Hidup bagai tangga tingkatan, bila beranjak dari tangga bawah.

Bila tangga tengah maka ke tangga atas bila tua tiada turun .
Bila jatuh diri adalah sia sia luka di bawah tangga layak terpleset.
Tiap muda di posisi awal tangga merangkak naik dua tahap tangga.
Bila ikut alur roda hidup terus berputar itu sakit.

Bila diatas terputar dibawah akan tergencet derita terbawah.
Alur roda bawah biasa tergencet luka derita.
Naik diatas tanpa luka derita bagai bebas dari himpitan.
Ku beregoisme, bila ku tak pahami alur roda kehidupan.

Bila ku berkesempatan kembali menaiki tangga.
Ada harga yang ku peroleh dari pilu hidup di kota lahir.
Tanpa buah yang pahit terasa menusuk lidah meracun.
Dada terisak racun derita, di asa percaya ada cerah dunia.

Memberi sinar kehidupan bersemi bunga tertumbuh.
Hijau daun daun pohon berbuah manis, nikmat terkonsumsi.
Bila ini ku tutup cerita, menapaki jalan asa diantara naik turun status.
Dalam bahagia, nikmat dan hukum perdata.

Dunia telah datang.
Ku sambut kehidupan, tanpa tersurut keinginan ku.
Diantarkan harapku , pergi dan didampingi langkahku.
Kepastian tersisa, yang kumiliki segala dari esok hari.

Dibalik bukit hijau ada kebahagiaan.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Hari dibalik bukit hijau berawan kabut putih berpohon pohon utama pinus.
Cemara keluarga bina sejahtera pada rumah rumah yang ditinggali.
Mendaki puncak berharga, ku berdiri melihat pemandangan alam.
Alam hijau bertata ruang lingkup kota yang indah, tertib dan bersih.

Ku lihat dua gunung diantaranya.
Dekat gunung sisi selatan tampak gunung besar.
Terlihat awan gumpalan sampai dipuncaknya,
Ku lihat gunung berawan penuh hijau berbatuan.

Awan hanya kabut basah di ketinggian puncak..
Satu gunung hanya terbayang biru bersisi utara.
Tampak ciri berkubah tanda api cairan kesatuan cincin api dunia.

Gunung arjuna melegenda,
teringat kisah dalam pupuhan kakawin arjunawiwaha karya mpu panuluh.
Karya zaman kerajaan daha berkota kediri, hal baru ku temui daerah baru berpijak.
Layaknya pulau terlihat dalam peta atlas nuswantara dwipa loka “indonesia”.

Jawadwipa, namanya disebut aggripa berarti pulau perak.
Oleh aristoteles dan ptolomeus seorang intelek yunani kuno
Pada abad kelima sebelum masehi telah tersohor ke peradaban yunani kuno.
Terbayang kenyataan bahwa pulau dihuni leluhur sebuah pulau naga berkepala dua.

Kepala naga kulon berwajah sunda galuh peradaban halus tata budaya kaluhuran.
Dualisme bernegara kuno berciri khas tersendiri.
Dipisah oleh kepala naga wetan berwajah jawa peradaban kuno
Berbudaya tatakrama mendunia legenda berhindu buddha.

Dua suku berbeda berbahasa, adat istiadat dan negara pranata alam.
Layaknya dua suku bangsa berbeda berkulit warna “coklat” dan “putih”.
Tapi ras melayunesoid satu keturunan asal swarnadwipa dan indocina.
Dalam ejekan jenaka, “bukanlah ras homo wajakensis dan peradaban kuno sangiran”.

Kepala naga kulon, tanah kaluhuran kelahiran ku.
Kisah berbagai “cerita maju kutemui”, dalam akrab dan senda gurau.
Baru aku sampai kunjung.
pada kepala naga ular wetan berbudaya kebagusan layaknya kesejukan.
Dalam dunia tak luas terjangkau oleh pesat teknologi tinggi.

Hilir mudik setiap pribadi saat ramai.
Bila sepi kunjungan
“Tak jua tenteram tak hingga, sunyi kebisuan menjemu mencekam”.
Atraktif, ramai berhilir mudik, Kekalutan kediaman memadati ruang berbingar
dalam tertiban merasa bahagia dan berpandangan setengah sedih luka lama.

Dunia, tiada selalu menguntungkan.
Ada saat musim kerugian, tetapi tiada kerugian penurunan tajam.
Kondisi sehat dan normal, bila terkendala sakit iklim sosio ekonomis,
Ada penanganan pemulihan kesehatan kondisional.

Dalam hidup, bila berupaya dan berusaha dalam perubahan nasib diri
Dan ruang lingkupan arti sempit meluas.
Layaknya, krusial dan kritis suatu kongsi serikat dagang pun.
Ada penanganan pemulihan kesehatan kondisional badan terorganisasi.

Hidup tak semudah dibayangkan.
Tetap ada kepastian pada kesempatan yang sama.
Mencapai sukses dan keberhasilan.
Demi keutuhan setiap yang berharga.

Warna Hidup Bertempat Lahir.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Kota lahir bertempat harapan setiap masa.
Bagi anak pendewasa pada kehidupan.
Kehidupan yang dilalui normal selayaknya.
Selayaknya kehidupan diterima dalam lingkungan.

Sambutan teman dikhalayak ramai.
Fajar senja dalam bermain manja.
Sunyi malam dihangat keluarga berbudi.
Budi santun dalam kuasa terbina oleh orang tua.

Penanggalan tertanggal telah tua usia bertambah.
Kesadaran bahwa usia telah menua.
Ditambah belajar dan kemandirian dilatih.
Sebelumnya lebih menyambut sekolah menempuh selesai.

Ada sambut dunia kerja.
Dunia kompetensi dan kompetitor harus siap menjalani.
Berbeda dunia anak dengan dunia dewasa.
Apa dunia dapat terhak milik bermateri.

Dunia pendidikan budaya, aku mengingati.
Bahwa bagus idealnya kehidupan ada dalam mata pelajaran.
Dimana budaya dan kebiasaan itu berlangsung bukan lagi berteori.
Praktek kehidupan aku jalani dalam usaha mendapat keberhasilan.

Jalan Baru Di Sebuah Lokomotif.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Disepanjang rel kereta jalur utara pulau.
Melajur deru bertenaga lokomotif kereta.
Rute barat tujuan timur pesisir pulau.
Meninggalkan stasiun tempat lama.

Suasana haru terasa dimata.
Ketika ku duduk memandangi jendela.
Berlama diam menjauh perjalanan.
Menempuh waktu cukup lama antar kota.

Suasana sunyi membuat rasa sendu didada.
Nuansa tenar menjamah hingar gaduh di telinga.
Prasangka pertanda yang terjadi.
Aku tak tahu? Bagaimana?

Sambut dingin akan ku dapat.
Dingin sudut bangku gerbong tujuh menembus benang.
Kulit berdaging merinding; berdiri roma bulu.

Malam tiba.
Lokomotif mendekati tujuan rute perjalanan panjang.
Tanya – tanya sambut – sambut ku dapat.
Cerita apa yang aku dramakan?

Stasiun didepan mata.
Melaju melambat, kereta berhenti.
Tepat secara teknis kendali masinis.
Terlambat waktu perjalanan sesuai jadwal tiba.
Awal baru, aku rasa, Perjalanan baru di tempat baru.
Misterius tersurat cerita hidup tentang skenario hikayat.

Hidup Sepi dalam Mimpi.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Di ujung senja hari, aku termenung dalam alunan.
Merah fajar di penghujung langit, mati ufuk disela gelap malam.
Terkantuk ku dalam mimpi panjang malam itu.
Dalam mencekam menanti jalan hidupku.

Terasa terintangi oleh angkara dunia.
Ku tegar deru lajunya roda hidup ini.
Ditengah gentar getar penghenti langkah langkah ku.

Kesunyian malam ini,
Sendiri aku dalam sepi, teringat masa berlalu.
Ku merasakan ada haluan penghenti asa cita cita ku.
Ku melawan percaya keyakinan ku,

Menuju harapan baik dunia, tak ku surutkan langkah ku,
Biar ada pengantar atau tanpa pengantar jembatan asa ku.
Di pagi hari timur , matahari menyambut disambut insan merindu.
Dalam hidup ku ada kesunyian dan sepi yang terasa dalam dada.

Ramai damai tenangkan hidupku, bila tiada terhalang prahara perkara dunia.
Banyak yang kulihat salahkah bila diriku ini, ku ingin memulai lagi.
Layaknya badai hitam menghujani bumi pasti duka akan berlalu.

Bila terdamba datang,
tolong antarkan aku pergi dan dampingi langkahku.
Terpercayakan kau kepadaku didalam harap cemas ku.
Jangan menyurutkan kata keinginan ku pada dunia kebaikan pujaan insan ini.
Tampak kudengar syair pupuhan puitis tersirat intuisi dalam himpit kenyataan.

Jiwa Meronta untuk Asa.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Hai, jiwa – jiwa yang meronta.
Hai, yang meronta dalam juang asa.
Hai, jiwa – jiwa yang meminta kasih.
Perjuangkan cita dan asa.

Perjuangkan kasih yang tulus dalam dunia.
Perjuangkan kebenaran dalam jalan hidup.
Jalan hidup meraih cita – cita dan asa.
Impian kalian terlalu berharga untuk dunia.

Wahai, muda – mudi yang penuh kasih.
Kalian generasi penerus yang akan menguasai.
Bumi dan langit berada dalam genggaman kalian.

Wahai, jiwa – jiwa yang meronta.
Dunia akan lebih baik karena perjuangan kalian.
Perdamaian dan kesejahteraan tercapai dari engkau.
Engkau yang berjuang menabur kebaikan.

Wahai, kalian pejuang asa dan cita.
Tiada pernah kalian menyerah.
Tiada lelah kalian mencipta surga bumi.

Wahai, kalian yang menguasai bumi dan langit.
Kalian telah berhasil dalam membangun peradaban.
Untuk kalian terus pertahankan prestasi mulia.

Cita dan asa yang mulia, untuk berkehidupan yang baik.
Kalian yang terus ada untuk dunia fana yang lebih baik ini.
Jangan menyerah kalian akan terus berlangsung.

Senandung Rindu Sendu.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Bila waktu dapat terulang.
Akan ku lewati hari indah.
Hari indah bersamamu dalam surga.
Bila senjakan datang, kita berpisah.

Dalam malam aku merindu.
Pertemuan kita menanti pagi.
Mengapakah kita bertemu dan berpisah.
Waktu putarkan kembali masa indah itu.

Kala sendiriku merasa sendu.
Akan kenangan yang telah terlewati.
Diantara kita, bila waktu berputar bermanja.
Diantara kisah yang mengharu.

Dimasa itu kita berpadu dalam sukacita.
Merelungi masa indah, tiada dapat terulang.
Esok kitakan mengulang masa indah harinya.
Kala cinta memanggil kita dalam alun sendu.

Berpijarlah kehangatan damai dalam surga itu.
Bercengkrama dalam keabadian kasih suci indah.
Selamanya, kita dalam suka cita yang bahagia.

Ratu Cintamu.
Ciptaan Bondan Ramadhani Purnomo.

Ketika cinta datang menghampiri.
Dirimu ada dihidupku seakan.
Memberi arti dalam hidupku.

Jikalau kau ada memberi.
Aku tak akan kekurangan.
Satupun hal dalam hidupku.
Karena cintaku hanya untukmu.

Diantara berjuta – juta lelaki.
Diantara milyaran manusia dibumi.
Mereka semua yang ku kasihi.
Sungguh, aku selalu merindukanmu.

Tetaplah disisiku, selamanya.
Jadikan aku ratu yang berkasih.
Yang bertakhta dalam benakmu.
Selamanya.

Bayangan Dunia Kelabu.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Ku tulis dalam pupuh.
Hidup dalam kegelisahan.
Bayangan yang panas terbara.
Bayangan yang suram berkabut.

Tiada pasti dalam kehidupan.
Napas terhela bagai menghirup.
Menghirup gas beracun nyata.
Yang sesak menyesakan dada.

Keluarlah dan kabur dalam dilema.
Dilema menyiksa, mengapa terjadi.
Terlihat dunia yang terkesan bahagia.
Bahagia dalam hedonisme terfana.

Mengapa kau datang begitu suram.
Apakah aku kurang baik dalam fana.
Mengapa diluar itu bahagia dalam optik.
Optik alami yang menyejukan terlihat.

Suasana bahagia dunia, begitu bahagia.
Tapi aku terpenjara dalam sangkar dunia.
Kurang baikkah aku, atau dunia itu adalah.
Kegelapan yang fana, dalam ketidakabadian.

Hasrat Memiliki.
Ciptaan Bondan Ramadhani Purnomo.

Adakah termiliki untukku.
Suatu kuasa nyata terselamat.
Selamatkan semua insan.
Selamatkan semua makhluk.

Adakah bayangan kilau.
Penuh emas dan hijau ladang.
Adakah termiliki untukku.
Adakah termiliki bersamanya.

Adakah kita memiliki bersama.
Suatu kuasa nyata dalam luas.
Luas dunia bagian kita bersama.
Memimpin dimanaku dipuncaknya.

Mewujudkan perabadan impian.
Impian yang penuh cinta kasih.
Cinta kasih untuk sesama.
Bayangan angan terwujud.

Wujud nyata kita yang bermimpi.
Terbentuk suatu kisah nyata.
Kisah nyata dalam ukiran tatanan.
Kisah nyata membangun negeri.

Bersama kita, dalam puncak.
Puncak keemasan negeri kita.
Negeri berkeadilan penuh cinta.
Kita mengukir keemasan zaman.

Dilema Disuatu Negeri.
Ciptaan Bondan Ramadhani Purnama

Negeri yang jauh telah ku tempati.
Jauh di mata telah ku singgahi.
Kini telah singgah ku menatap.
Dekat dimata kulihat negeri ini.

Sedang negeri yang ku tinggalkan.
Telah jauh dimata, tak terlihat.
Tak terlihat oleh pandangan hampar.
Menatapi dan meratapi tempat itu.

Sejauh memandang tak terlihat.
Hanya kenangan dalam kepala.
Terbayang bayang masa lalu.
Masa lalu dari yang ku tinggalkan.

Linangan air mata, yang kuhapus.
Tetapi luka dihatiku belum terbasuh.
Bagaimana akhir cerita ini, kisahnya.
Menjalani hidup dengan akhir bahagia.

Jatuh Hati Parasmu.
Ciptaan Bondan Ramadhani Purnomo.

Cinta yang ku ukir.
Pada jumpa pertama.
Yang terpesona.
Paras tampan wajahmu.

Sementara hatiku telah terjatuh.
Dalam buaian dirimu kasih.
Mencoba bersama dirimu.
Dalam buaian cinta.

Reff :
Ku terlanjur mencintai dirimu.
Karena memang ku telah jatuh cinta.
Kepadamu, dalam kebersamaan ini.
Ku mencoba merangkai hari bahagia.

Bersamamu, disisiku.
Oh sementara hatiku telah terjatuh.
Dalam buaian dirimu kasih.

Mencoba bersama dirimu.
Dalam buaian cinta.
Oh sayangku jangan tinggalkan aku.

Jangan pernah, jangan pernah,
Jangan pernah pergi dariku

Back to reff.

Damai di alam bukit.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Damai memandang hamparan.
Hamparan hijau berbukit luas.
Merona warna hijau dan biru.
Kawasan hutan yang sejuk.

Nikmati suasana sunyi berbukit.
Puncaknya segitiga menjulang.
Menjulang langit biru yang luas.
Luas langit yang tak berbatas.

Bintang hati pada pribadinya.
Semarak hati bersama mereka.
Menciptakan harmoni yang manis.
Kehidupan pada bukit dan langit.

Ramah hiruk pikuk kebanyakan.
Khalayak ramai bersosial erat.
Dalam damai alam yang hijau.
Menjulang ke langit tiada batas.

Doa dan Renunganku.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Ya Tuhan YHWH.
Aku takut kehilangan iman kecilku.
Iman kecil yang bina sejak remaja.
Iman yang akan mengantarku.
Mengantar aku dalam jannati yang kekal.

Ya Tuhan YHWH.
Aku damai bersamamu dalam ibadahku.
Aku damai dalam ilmu yang terkandung.
Ilmu yang sempurna dalam kitab al quran.
Tuhan, bisakah kau sempurnakan ibadahku?

Tuhan YHWH.
Aku sungguh takut hari kiamat.
Aku takut bertemu dajjal.
Sungguh aku bukan dajjal.
Sungguh aku bercita cita sebagai raja.

Sungguh aku bukan ulama.
Aku hanyalah ahli ibadah yang berdoa.
Berdoa kepadamu supaya cita citaku.
Cita cita muliaku terwujud.

Tuhan YHWH.
Semoga Engkau memberiku Mulka.
Mulka turun temurun untuk kami.
Sebagaimana dua belas raja untuk ismail.
Ismail dari anak cucunya dalam kitab torah.

Tuhan YHWH.
Damaikan jiwa jiwa yang telah mati.
Mereka bersama kenangan hidupnya.
Tempatkan mereka dalam jannat.
Damaikan jiwaku yang terbengkalai.

Perkokoh ibadahku yang goyah.
Kabulkan doa wahyu keprabonku.
Tempatkanlah jiwa – jiwa kini.
Tempatkan jiwa jiwa yang lahir esok.

Kedalam hidup yang bahagia dan damai.
Dalam nikmat, sampai batas waktunya.
Tempatkan kami dalam jannat.
Amen.

Mahkota Cintaku.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Kemana ku cari, bila cinta bersemi.
Apakah aku harus mencarinya.
Dimana ia, aku tak tahu.
Bilakah aku memiliki, memilikinya.

Apabila aku punya isi bumi.
Ia mencintaiku.
Bilakah, aku punya kuasa sebagian bumi.
Akankah ia bersamaku.

Tuhan, berikan aku bagian isi bumi.
Tuhan, berikan aku kuasa sebagian bumi.
Tuhan, berikan aku mahkota turun temurun.
Pastilah ia adalah milikku.

Tak bisa ia lari dari genggamanku.
Ia dalam istana cintaku yang bahagia.
Layaknya swarga, tak ada niraya.
Ia abadi dalam swarga bersamaku.

Rintihan Mendamba Wahyu Keprabon.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Kehidupan dimulai.
Bukan berarti awal.
Bukan berarti akhir.
Dimulai masa yang ku damba.

Dambaan hidup layaknya kerabat.
Dambaan hidup layaknya kawanan.
Dambaan hidup layaknya paduka.
Sungguh terdamba yang ingin ku raih.

Siapa kerabatku dinasti politik nusantara.
Siapa kawananku para sarjana dan pejabat.
Siapa paduka para raja dari negeri tiga bahasa.
Siapa paduka para raja dari negeri utara bersalju.
Siapa paduka para raja dari negeri yawadwipa.

Itulah cita citaku sukses layaknya mereka.
Apabila aku terpilih dipuncak kekuasaan.
Aku akan bermanfaat bagi rakyatku layaknya.
Layaknya siapa? Mereka yang kudamba.
Negeri pilihlah aku.

Negeri damai bersamaku.
Negeri jadikan aku pemimpin.
Negeri jadikan aku penguasa bijaksana.
Negeri jadikan aku mahkota turun temurun.

Oh negeri, aku bersandar kepada Tuhan YHWH.
Oh negeri pilih aku sebagai tuan pemimpin.
Kita makmur dan sejahtera layaknya negeri.
Seperti negeri tiga bahasa.
Negeri pilih kami.


Buyutku Seorang Pegawai Kolonial.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Kakek buyut kau adalah pejuang.
Pejuang jaman dulu, juang kerja.
Jerih payah bekerja pada penjajah.
Kau bertahan dalam kelam terdahulu.

Engkau tahu zaman kolonialisme.
Kau kerja pada tuan hindia belanda.
Bukan berarti kau pengkhianat pertiwi.
Kau datang jauh dari negeri naga.

Semangatmu, itu yang aku damba.
Kau adalah pribadi yang beruntung.
Bukan berarti kau paling beruntung.
Masih banyak beruntung dimasa itu.

Kau juga prihatin dan tak mengerti.
Mengapa zaman itu begitu sulit.
Mengapa zaman itu banyak derita.
Kini anak cucumu telah merdeka.

Aku bangga padamu buyutku.
Engkau adalah pejuang.
Engkau adalah pegawai teladan.
Dimasa penjajahan eropa.

Tenanglah dan nikmati swarga.
Di alam baka yang hijau terdamai.

Bilakah Kau Disisiku.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo

Bilakah, kau disisiku.
Bila, bila, bila bertemu.
Kemanakah ku cari dirimu.
Kemanakah ku cari dirimu.

Ku inginkah kamu seperti dulu.
Kau dan aku selalu dalam jiwa.
Cinta dan cinta selalu selamanya.
Bersamamu, bersamamu.

Dimalam hari, ku duduk sendiri.
Kudengar waktu bergeser.
Dalam penantian yang panjang.
Ku mencoba mengusik kamu.

Melupakan dirimu kasih.
Maafkan aku, ingin kembali.
Dalam cinta ini, dalam pelukanmu.
Sambutlah cinta ini, untuk kedua kali.

Bukalah hatimu, untuk kesekian kali.
Ulurkan tanganmu, sambutlah cinta ini.
Sambutlah kekasih.

Berbagi Kuasa Bersama.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Nikmatmu sampai batas waktu.
Batas yang ditetapkan oleh YHWH.
Oh, nikmatku sampai ke negeri sakura.
Sakura bertaburan dalam kehidupan permai.

Bilakah, terkasih bersamaku.
Bilakah, isi bumi dalam genggaman.
Bilakah, sebagian bumi dalam kuasa.
Bilakah, mahkota temurun dikuasai.

Itu olehku dan olehnya.
Bersama dalam pembagian bersama.
Oh dunia yang ku jelajahi, dalam bola mata.
Tiada tara nikmat dunia yang dipunya orang.

Oh dunia, kuasa dan milik orang jua bahagia.
Bahagia dalam damai, bahagia yang nyata.
Bilamana kita upaya kesejahteraan.
Bilamana kita upaya melestarikan alam.

Bilamana kita belajar bependidikan berilmu.
Bilakah kita bersama, dalam bagian dunia.
Tentu kita meraih tujuan yang sama satu arah.
Tujuan menciptakan bumi yang sejahtera dan hijau.

Oh, Tuhan YHWH.
Persatukan kami dalam aksi nyata.
Mewujudkan bumi yang permai layaknya swarga.
Dalam darma, dalam kebaikan seisi bumi dan alam.
Tanpa derita niraya dan tanpa karma buruk.

Juragan Ketoprak Kerabatku.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Ketoprak, ku kira dari jawa.
Oh ternyata dari jakarta.
Ketoprak ku cari di jawa.
Jarangku temui hampir tiada.

Teringat, masa yang lalu.
Ada pamanku, seorang pelukis.
Ternyata jua, ia juragan ketoprak.
Pamanku seniman lukis handal.

Teringat, naik kereta dari desa sidamulya.
Dimana kerabat berdinasti politik.
Menuju banyumasan, tanah darah biru kami.
Teringat riwayat keningratan buyutku.

Rumah bilik tak luas itu rumah paman.
Paman melukis dengan indah.
Gambar gunung, sungai dan sawah biasanya.
Gambar nyai roro kidulpun ia lukis, sakral.

Buruh jualan ketoprak, selalu setor padanya.
Dulu, aku tak suka ketoprak waktu awal sekolah.
Beranjak, sejak sekolah menengah, aku baru suka.
Oh, ternyata ketoprak nikmat sekali.
Terima kasih, Tuhan YHWH memberi kami nikmat.

Kasih Itu Mata Sanubari.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Berbagi adalah hal terindah.
Mencintai adalah keindahan.
Hidup bahagia dalam berbagi.
Hidup mencintai itu swarga.

Bila kita mencintai itu kelengkapan.
Sanubari mempunyai simpati bercita.
Sanubari berbelas kasih melihat dunia.
Menyebar kasih adalah karma baik.

Kasih suatu matahari sanubari.
Kasih suatu mata yang melihat dunia.
Melihat dunia untuk kebaikan yang hak.
Karena kasih menuntun ke jalan darma.

Dirimu Yang Menawan Hariku.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Ketampananmu menawan hatiku.
Hidupku telah tertawan dan tersita.
Tersita dalam bayangan pikiranmu.
Kau menyita setiap hari kelabuku.

Dihari kelabuku, kau terang bagai sinar.
Sinar yang menghangatkan sanubari.
Sanubari yang telah dingin oleh suasana.
Suasana perih yang aku alami dalam hidup.

Kau penyinar yang menerangi mataku.
Dari kegelapan akibat kabut tebal.
Yang menyelimuti dalam siang hari.
Dalam hujan yang tak kunjung berhenti.

Kau cahaya diantara awan awan hitam.
Diantara dinginnya udara mendung.
Disisa hariku kau membuatku terpana.
Panah dirimu yang menyentuh hati.

Bila kau berada dihari – hariku.
Kau membawa rasaku semakin ceria.
Kau membawa rasaku dalam asa cita.
Kau menenteramkan diriku yang kelabu.

Genggam tanganku, supaya aku terhangati.
Disiang hari yang berawan kelabu dan dingin.
Kau hiasi hariku dengan lengkungan pelangi.
Kau pelangi hariku telah menggapai bahagiaku.

Menanti Dia Digunung Hijau.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Gunung hijau di alam indah.
Pelupuk mata segar memandang.
Harum udara segar dari pegunungan.
Membuat hati bersyukur akan indah.

Senyum hatiku, di segarnya pagi hari.
Matahari menyinari menemani.
Di sejuk pagi, ku menunggu dia.
Menunggu dia kembali dalam hidup.

Rintik hujan membasahi tanah harum.
Harum tanah yang tersirami hujan.
Ku menanti datangnya dia kawanku.
Hingga ia datang memberi warna.

Ia datang menemani hati sepiku.
Kawan lama dan kawan baru.
Menceriakan hidupku yang sepi.
Mereka memberi warna dan arti hidup.

Menjelajahi Bumi.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Negeri yang indah dan maju.
Bukan negeri tempat lahirku.
Negeri yang berbeda jauh.
Negeri yang jauh diseberang.

Negeri tempat lahirku.
Negeri beriklim tropis teriknya.
Negeri orang lain berbeda.
Negeri beriklim empat musim.

Ada juga negeri beriklim gurun.
Ada juga negeri beriklim kutub.
Negeri tetangga dan negeri orang.
Negeri itu berperadaban maju.

Negeri kulit putih yang modern.
Negeri yang mengubah dunia ini.
Bumi dan dunia lebih baik karenanya.

Negeri, Oh negeri.
Kami jelajah bumi dengan banda.
Kami jelajah bumi dengan ilmu.
Kami jelajah bumi dengan teman.
Kami jelajah bumi dengan keluarga.

Negeri yang jauh, kami jelajahi.
Bumi yang luas membentang.
Kami telah jelajahi luasnya bumi.
Kami telah belajar hargai hidup.

Tuhan, terima kasih atas dunia.
Tuhan, kau telah ciptakan bumi.
Bentangan alam yang menakjubkan.
Bumi penuh makna dan karunia ilmu.
Bumi yang penuh kekayaan alamnya.

Hari – Hari Di Rumahku.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Hari telah berganti hari.
Sepi ku rasakan dihati ini.
Dirumahku yang sunyi.
Dengar suara suara usil.

Diantara sepi ini aku hanya.
Aku hanya ingin temanku.
Temanku bersama diriku.
Menjelajah dunia bersama.

Diantara sepi ini aku hanya.
Aku hanya butuh orang tuaku.
Kedua orang tuaku bersamaku.
Melindungi dari kejahatan orang.

Aku tak mau bersama orang.
Orang yang bukan siapapun.
Itu sepi, tiada mengerti.
Tiada membantuku dihidupku.

Tuhan, jangan kau ambil semua.
Aku butuh, tolong bantu aku.
Dunia sangat luas dan jahat.
Tolong aku, untuk menjalani.
Menjalani dunia yang semu.

Tuhan, tetapkan aku bersama.
Bersama kedua orang tuaku.
Bersama teman – temanku.
Aku hanya bersama mereka.

Cerita Seseorang Memperoleh Wahyu Keprabon
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Semua kekayaan telah ku dapatkan.
Ilmu berijazah bergelar sarjana diraih.
Berbagai negara telah ku jelajah.
Aku telah tinggal di berbagai negara.

Kemewahan suatu yang layak bagi kami.
Dana Amal kami layaknya karunia hujan.
Ilmu dibumi sangat banyak tak terhitung.
Kekayaan alam di semesta tak terhingga.

Mahkota turun temurun telah kami raih.
Kebijaksaan dalam bermahkota laksana.
Dinasti kami dipuja bagai emas bercahaya.
Dinasti kami paling bermanfaat di bumi.

Apalah hidup telah aku miliki didunia ini.
Kesyukuran itu adalah kunci ketenangan.
Mendekatkan diri dalam ibadah pada ilahi.
Itu adalah kenikmatan yang tiada tari.

Diantara semua yang aku miliki.
Tuhan, terima kasih.

Atas karunia-Mu.
Engkau berikan kami layaknya ibrahim.
Engkau berikan kami layaknya sulaiman.
Engkau perlakukan kami bagai keturunannya.
Betapa agung dan hebatnya, Diri Tuhanku.

Bahagia Diantara Masa Silam.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Aku yang bahagia.
Diantara orang – orang.
Mengapa aku bahagia.
Karena orang yang peduli.

Orang yang membuatku bahagia.
Diantara gunung – gunung yang hijau.
Udara sejuk terasa, membuatku rindu.
Rindu akan peluk kawan – kawan.

Diantara kehangatan keluarga.
Semoga dunia abadi dalam muda.
Tiap masa berganti, tetapi tiada terganti.
Tetap masaku, masaku terkenang abadi.

Diantara pantai menjulang, biru lautnya.
Tetap luka hatiku tetap sembuh.
Indahnya kehidupanku layaknya orang.
Orang – orang bahagia nan kaya di bumi.

Sepi Ditinggalkan Olehmu.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Sunyi malam ini ku sendiri.
Dalam sepi, hati yang temaram.
Mencari bayang – bayangmu.
Diantara gelap malam.

Ingin ku dengarnya suara dirimu.
Dan membayangkan engkau disini.
Dengan senyumanmu yang silam.
Diantara perbukitan dan pantai biru.

Ku hanya menantikan dirimu.
Dirimu yang pergi takkan kembali.
Dalam amarah hatimu, lukaku.
Semakin dalam lukaku.

Kau kemana dan dimana?
Ku mencari dan mencari dirimu.
Adakah gerangan kau datang.
Datang kembali, kembalilah.
Kepadaku sayang.

Kesunyian Dan Kesepian Diriku.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Sendu dalam gedung mewah ini.
Diantara keramaian ini sunyiku.
Diantara sunyiku ini dalam kesendirian.
Kesepian merasuk dijiwaku seluruhnya.

Mengapa begini, tiada yang menemani.
Apakah diriku ini punya salah pada semua.
Didalam kesendirian dan sepi hati ini.
Ku panjatkan kidung – kidung doa pada-Nya.

Akankah hidupku, kan sepi dalam larut ramai.
Ku menunggu mukjizat ada kawan – kawanku.
Menemaniku, tolonglah aku ya Engkau kuasa-Mu.
Berikanku kawan dan pedoman hidupku.

Diantara dunia gelap ini, tunjukan terang-Mu.
Kasih-Mu tiada terhingga, di alam semesta ini.
Ku nantikan kawan – kawanku menemaniku.
Oh, Oh, Dunia yang sepi ini dalam kesendirianku.

Puitis Untuk Anakku.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Anakku tersayang, kau pelukanku.
Kau timanganku yang permai.
Kau sanubariku yang jernih.
Kau segala kasih dan sayangku.

Kau matahari hatiku yang dingin.
Kau kasih dalam belaian manja.
Kau cinta yang ku nanti selamanya.
Kau cerita dirangkai berbingkai emas.

Kelak kau dewasa pelindungku.
Pelindungku dihari tua terlemahku.
Kau tenagaku dihariku menghadap-Nya.
Belas kasihku tercurah untukmu.

Anakku kau kebanggaanku.
Kebanggaan kami bertumpu padamu.
Cita – citamu menggapai asa dan impian.
Itu yang kami damba darimu, anakku.

Akankah Hidup Bagai Mekar Bunga.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Bunga – bunga bertebaran harum.
Merekah merona berwarna merah.
Merah muda yang merona menawan.
Memandang indah pada bunga itu.

Tetapi hatiku masih tak berbunga.
Hatiku bagai bunga layu kekuningan.
Beda dari bunga tabebuya merona.
Diriku bagai jiwa tak merona tak mekar.

Bila ada yang menyerbakan hariku.
Adakah pesona keindahan dunia.
Menyambutku dalam meronanya bunga.
Bunga dunia yang memberi asa bahagia.

Akankah ia kembali, mewarnai hidupku.
Membawa kembali mahkota ratu duniaku.
Akankah ia merajai kembali dunia baruku.
Beri asa bahagia hidupku untuk bersemi.
Memekarkan bunga bagai taman berwarna.

Kasih Setia Wahyu Keprabon.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Bayi turun didunia dari dunia ruh.
Lahir ke bumi untuk menebar kasih.
Kasih ke seluruh dunia yang pilu.
Aku turun ke bumi membawa damai.

Wahyu keprabon turun kepada kami.
Kami beranak-cucu untuk berkasih.
Kasih menguasai seluruh alam fananya.
Menelusuri keindahan alam yang fana.

Kami adalah kasih karunia dari tuhan.
Kekuasaan kami untuk tujuan utama.
Menebarkan kasih dan kesejahteraan.
Perdamaian tercipta diseluruh alam.

Dunia ini fana, kami berpulang damai.
Dalam karunia Sang Cipta, tenteram dunia.
Damai terdamba tenangnya terindah.
Tiada batas sejahtera dan kasih damainya.

Mencari Tahta Jayakarta Di Pulau Naga.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Jalan berliku telah tiba masa yang baru.
Masa dimana aku diantara dua gunung.
Meninggalkan masa lalu yang berliku.
Disini aku tetap kesepian dalam sendiri.

Dimana aku mencari keabadian sejati.
Dimana aku mencari tahta yang abadi.
Aku bagaikan tubuh yang tak bersandar.
Tiada tempatku bersandar dari yang lain.

Keluargaku menemaniku tiada teman.
Dimana temanku hanya dua laki dekatku.
Bagai dua gunung yang tempat tinggalku.
Kesendirianku dalam satu pulau dua budaya.

Mengembara mencari tahta yang abadi.
Mengembara mencari kawan sejati terbaik.
Disuatu masa telah aku bertahta raya.
Tahta abadi yang temurun dan kawan disisiku.

Tahta agung zaman keemasan dibeda benua.
Perjalanan menjelajah dunia dari pulau perak.
Tanah leluhur yang mirip dua kepala naga.
Dimana leluhurku bertahta berdinasti politik.
Aku telah jauh pergi dalam keabadian tahta.
Terima kasih Pencipta, aku telah sampai tujuan.

Kiranya Cinta Dibalas Sang Rupawan.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo, S.IP. M.IP.

Cinta, dulu itu kupikir.
Ku berpikir kau mencintai.
Ketika ku jatuh cinta padamu.
Menaruh kasih dan rasa sayang.

Perhatian itu.
Aku kira adalah sambutan cinta.
Kau memberi perhatian yang ku damba.
Kau berkasih seolah semua terbalas.

Aku melihat sosok dan tingkah.
Tingkah laku yang memikat hati.
Raut wajah dan tubuh yang begitu.
Begitu tampan rupawan mempesona.

Sungguh siapa tiada yang terpikat.
Oleh tampan rupawannya dirimu.
Dirimu yang lembut dibalut anggunmu.
Anggun angkuhmu membuatku terpedaya.

Kenyataan, kau belum membalas.
Cintaku belum terbalas oleh cintamu.
Kasih sempurna telah ku salah artikan.
Sayangku, adakah sedikit rasa cintamu.
Untukku?, dari sanubari, aku sangat cinta.

Antara dusta dan benar.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Dusta yang terbaik itu kebenaran.
Kebenaran yang manakah disandarkan.
Bahwasanya kebenaran itu dusta nyata.
Kebenaran mana yang kau pegang dalam hidup.

Diantara dunia fana yang rusak dan tiada abadi.
Pada siapa kau bersandar pada kebenaran.
Kebenaran tiada dapat disangkal kemurniannya.
Dusta ialah kepalsuan yang nyata tiada murni.

Bedalah dusta dan kebenaran yang hakiki.
Maha pengatur yang membedakan benar salah.
Dimana kau tersesat itulah kau ditolong.
Ditolong dalam keteduhan dari panas bara.

Dusta dan kebenaran suatu hal penentu.
Untuk melihat rupa baik dan rupa buruk.
Menentukan arah melangkah kita kini esok.
Bersandar tentu pada Pencipta penunjuk hidup

Siapa Tak Jatuh Hati.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Bila cinta memandang rupamu.
Siapapun jua jatuh hati padamu.
Cinta tumbuh dalam sepi diriku.
Ruang hampa luluh hati melemah.

Ku pandang tubuh gagahmu itu.
Dalam bahasa hatiku terpanah.
Memukaunya dirimu dan matamu.
Yang paling indah ku temui dirimu.

Pertama jumpa telah ku tambatkan.
Telah ku ikat dirimu direlung hatiku.
Siapa yang tak luluh paras tampan.
Tiada bisa ku berpaling dari dirimu.

Begitu indahnya pertemuan kita itu.
Dirimu bersemayam dihati menyendu.
Mengharap kau bersama diriku ini.
Menjalin kasih dan asa dalam hidup.

Hasrat Bersama.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Pertama kali ku jumpa kamu.
Pertama kali menyentuh rasa.
Kedua kali ku jumpa kamu.
Kedua kali menyentuh asa.

Hasrat diri ini tak terbendung.
Dirimu bagaikan rupa sempurna.
Untuk diriku, Untuk diriku.
Ku yakini hati ini, untuk bisa.
Bersamamu.

Reff :
Akan ku kejar dirimu kasih.
Tuk supaya kita bisa bersama.
Sungguh dalam bahasa sepiku.
Aku telah jatuh cinta padamu.

Kasih, ku mohon kau tau isi hatiku.
Dalam sepi diriku, dalam bahasa kasih.
Yang mengalun di dadaku.
Hasrat diri ini tak terbendung.

Dirimu bagaikan rupa sempurna.
Untuk diriku, Untuk diriku.
Ku yakini dirimu, untuk bisa.
Bersamaku.

Intro :
Semoga kan terjalin cinta yang abadi.
Hasrat yang tak surut selamanya.

Darma Peneduh Samsara.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Ku menatap bumi yang terhampar.
Memandang hampa disudut hati.
Seisi dunia terasa kosong dan sepi.
Terik mentari membakar bumi.

Membara tak terbakar bumi olenya.
Hidupku terbakar oleh roda hidup.
Terasa luka perih yang ku alami.
Menelusuri jejak harapan lebih baik.

Upaya diri keluar dari niraya bumi.
Menjalani hidup perbuatan darma.
Membuka jalan menuju bahagia.
Melepaskan diri dari derita dunia.

Kemewahan yang diraih sejatinya.
Bila tanpa darma terasa hambar.
Darma membimbing ke swarga.
Dari kejahatan yang samsara.

Kokohnya Kasih Di Megahnya Alam.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Indahnya alam terbentang luas.
Diantara pegunungan dan pantai.
Diangkasa menjulang tak terhingga.
Begitu cinta kita berjarak dalam hidup.

Bentangan alam yang hijau dan biru.
Sejuk dan hangat dalam temperatur.
Begitupun hidup dalam kehangatan.
Bersama keluarga dan kawan berharmoni.

Laut yang luas penuh kekayaan hayati.
Sedalam relungan yang tiada terjangkau.
Begitupun hidup kita yang kaya sejuta makna.
Hati yang lapang sedalam perasaan cinta kasih.

Rupa bumi yang elok dan langit berbintang kabut.
Tinggi menjulang tiada berbatas tak ada ujungnya.
Sebegitu hidup kita yang rupawan elok berkeindahan.
Tiada batas kasih cinta yang tercurah selama hidup ini.

Bilakah Kita Bersama Bertemu.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Tak dapatku menghindari dari rasa sepiku.
Lewati malam tanpa dirimu dalam sendu ini.
Cintaku yang tiada batas tapi fana dalam dunia.
Abadi dalam akhirat yang tak berbatas nikmatnya.

Bilakah aku bersamamu, bilakah aku bertemu.
Biarkanlah bayangmu dalam pelukanku disisiku.
Walau jarak memisahkan kita dalam bentang alam.
Dan bagaimana mungkin lupakan bilakah aki bersama.

Semua janji cinta masih kupegang dalam hati.
Semua yang kau berikan masih ku simpan dalam hati.
Tak akan ku ingkari dalam kaki langit dan luasnya bumi.
Bilakah aku bersamamu, bila bila bila kita bertemu kita bertemu.

Rupawan Sang Pewaris Mahkota Separuh Bumi.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Sedalam rahasia yang asa dalam hati.
Menyimpan perasaan yang ada dihidupku.
Terpana akan rupawan yang mulia bertakhta.
Mulia karena ia rupawan yang bertakhta.

Lemah diri melihat rupawan merona berwibawa.
Bentangan bumi terhampar luas diwariskannya.
Sungguh, anggun lihat sosok dirinya yang megah.
Mahkotanya begitu luas hingga aku tertekuk lutut.

Oh, kita seusia tapi kita terpisah jauh dalam sesal.
Ku menggundah tiada satu cinta terpaut usia sesama.
Yang kini melangkah terpisah dan masing masing dijalan.
Mengapa kita berbeda tak sama, kau pewaris takhta separuh bumi.

Hidup kaya raya di kota mineral.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Ladang warisan kakek telah aku kelola.
Mengelola ternak dan kebun yang luas.
Aku jutawan berternak sapi dan bertani.
Bentangan alam kota mineral yang kaya.

Aku tinggalkan kota dimana orang tuaku.
Tidaklah sepenuhnya meninggalkan kota.
Kota tempat tinggal kakek yang damai.
Dimana aku memperoleh kehidupan baru.

Tiap hari aku bekerja mengelola kebun.
Menambang emas dan berlian di goa.
Alangkah kaya raya negeri yang jauh ini.
Aku ditemani istri dan anak laki yang rupawan.

Dunia bagai surga dalam hijau dan suburnya.
Kota mineral ini dalam keabadian sumber alam.
Tatanan kota yang sederhana nan kaya raya.
Bersyukur kepada dewi dan tuhan alam semesta.

Mandat Surga Untuk Raja Terpilih.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Hari dipilihnya seorang raja sang kuasa.
Pilihan rakyat adalah mandat surga.
Mandat langit yang tertakdir tak terbantah.
Penguasa terpilih yang akan memerintah.

Harapan rakyat pemilih raja yang terpilih.
Adalah ia memerintah dengan bijaksana.
Menciptakan suasana kemakmuran hakiki.
Menciptakan perdamaian dan kebahagiaan.

Sang penguasa yang dipilih rakyat, hendaknya.
Tak angkuh dan pongah tetapi sopan pengasih.
Segenap rakyat dan pemerintahan berkerja.
Demi mewujudkan kesejahteraan sosial negara.

Semoga damai dan sejahtera negara beraja ini.
Damai dari surga untuk bumi yang indah.
Mandat surga untuk raja yang baik dan raja buruk.
Semoga mandat surga untuk para raja yang baik.

KAKI GUNUNG BIRU TERSIMPAN RUPAWANNYA.
CIPTAAN : BONDAN RAMADHANI PURNOMO.

Hai kekasih di kaki gunung yang biru.
Biru kulihat gunung itu dan kakinya.
Sebiru hatiku kepadamu hai kekasih.
Kau di sanubari hatiku tiada terganti.

Apakah engkau tau diriku dan hatiku.
Bahwasanya mengalun bahasa cintaku.
Alunan bahasa cinta di kalbu yang biru.
Sebiru langit sebiru gunung kulihat itu.

Sebiru hatiku mengharap cintaku.
Bahasa cintaku untuk kau balas padaku.
Kau alunan cinta yang menyejukan hati.
Kau adalah rupa yang rupawan elok.

Kau bagai pesona bidadara disurga.
Hatiku sepi tanpa dirimu yang ku harap.
Wahai cintaku bila kau termiliki olehku.
Bagaikan surga ada dihidupku tiada tara.

Mahkota Dan Cinta Di Balik Bukit Banyak.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Hai yang dibelakang bukit banyak.
Ku kira banyak adalah angsa.
Ternyata bukan, ku kira itu dirimu.
Ternyata bukan, ku kira kau cinta.
Ternyata bukan, kaupun menolak.

Dibalik bukit banyak yang hijau.
Ada kerinduan didalam hatiku.
Berharap ada jalan terbuka untukku.
Agar aku dapat melalui kembali.

Kembali ke balik belakang bukit angsa.
Dengan kembali mahkotaku yang hilang.
Selembar akta gelar bagai gelar bangsawan.
Dimanakah aku gerangan berkuasa berharta.

Hai kau yang sembunyi apa kabarkah dirimu.
Katanya kau disana sendiri benarkah itu.
Hai remaja yang jauh disana sembunyi selamanya.
Yang sembunyi dilubang semut yang tak terlihat.

Kembalikan Takhta Dan Mahkota Yang Hilang.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Jauh ku melihat dunia sesampainya ku disini.
Mengapa jauh ku disini setelah pergi darinya.
Tuhan, berikan aku mahkotaku yang hilang.
Mengapa aku kehilangan mahkotaku terharga.

Aku simpan sedihku dibawah kaki gunung.
Di kaki puncak basudara yang hijau pesonanya.
Di bekas tanah raja kanuruhan dahulu berkuasa.
Aku simpan dendam rindu di tanah tiada paham.

Aku berdoa sang pencipta alam semesta.
Mengembalikan takhta dan mahkota yang hilang.
Dengan gelar mulia termiliki dari priayi sekolahan.
Sang pencipta alam berikan keadilan kepadaku.
Sekalian alam dan keturunan wangsa dari sisiku.

Kau Alunan Cinta Bidadara Surga.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Bagaikan bidadara yang turun dari kahyangan.
Wajah anggun rupawan darimu mempesona.
Kau bagaikan bayangan indah dari surga bumi.
Pelita mata yang indah dipandang tanpa henti.

Kau alunan senduku dalam cinta yang mengalun.
Kau dambaan hati yang mengalir deras darahku.
Desir darah mengalir cinta terpompa jantungku.
Kau jauh tapi dekat didadaku tersimpan rasa.

Kau yang disana cintaku dekat denganmu dua jari.
Walau kau jauh sejauh jarak memisahkan kita.
Lentera malam bersinar rembulan menerangi kita.
Menuju surga yang berderang cahaya jamrud marjan.

Cintaku Jatuh Kepadanya.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Akankah engkau mendengarkan hati kecilku.
Bahwa aku sangat menginginkan dirimu.
Dirimu pujaan hatiku dirimu bidadara tampan.
Bagaikan patung emas yang berharga.

Kau telah menawan diriku dalam kehidupanmu.
Kehidupanmu bagaikan gemerlap dunia yang fana.
Tiada yang buatku untuk tiada luluh dihadapanmu.
Kau puisi hidup terindahku dalam dunia yang fana.

Tiadakah sang pencipta berikan aku suatu tahta.
Supaya aku menggapai cinta citanya dihidupku.
Dia permata yang rupawan tiada bandingannya.
Aku telah luluh bertekuk lutut pada engkau dawaiku.

Dia Lelaki Yang Menipu.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Kenapa dia lelaki yang begitu menipu.
Kenapa mereka begitu menipu begitu.
Telah dia lukai hatiku tertoreh luka.
Luka itu telah membuatku sakit terasa.

Apakah ia tak punya hati yang baik.
Hingga perbuatannya tiada baiknya.
Aku memohon pada yang kuasa.
Tuk menjauhkannya dari hidupku.

Sang pencipta tolonglah aku.
Biarkan aku hidup bersama kawanku.
Bahagiakan hidupku tanpa derita darinya.
Aku lelah dengannya yang begitu menipu.

Gelaran Sarjana Mencapai Tahta.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Ilmu yang kuraih untuk gelaran sarjana.
Akankah kau menuntunku untuk meraihnya.
Bilamana gelaran sarjana telah diraihnya.
Akankah aku berada dipuncak kekuasaan.

Bilamana ilmu telah dalam ingatan abadi.
Akankah cinta berjuta juta orang untukku.
Dalam menggapai asa suatu pemerintahan.
Memerintah turun – temurun yang berkeadilan.

Andaikata telah berwujud bila telah terwujud.
Kitakan bersama mewujudkan kesejahteraan.
Dalam keabadian kebumian dan alam baka.
Meraih kekayaan dan tahta kerajaan yang abadi.

Bilakah telah tercapai kau para sahabat setia.
Setia selamanya dalam kefanaan bumi terindah.
Keabadiaan negeri yang kita wujudkan eksistensinya.
Semoga gelaran ilmu dan pencapaian tahta temurun.
Membuat kami dalam kebahagiaan yang hakiki terabadi.

Kepedihan Hidup Kehilangan Cita.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Mengapa hidup terasa sakit dihati.
Seolah hidup tiada arti dalam pedih.
Kepedihan yang menoreh luka perih.
Mengapa aku begitu kecewa sekali.

Kekecewaan kepada hidup tak sesuai.
Harapan yang pupus karena kehilangan.
Kehilangan impian dan cita harapan itu.
Seharusnya aku mati saja sedari dahulu.

Sungguh aku tak kuat menjalani hidup ini.
Aku kecewa dengan kehidupan yang begini.
Seharusnya aku mati saja sedari dahulu.
Agar aku tak merasakan kehilangan cita itu.

Akankah asa menuntun aku untuk meraih.
Meraih kembali segenggam ijazah sarjana.
Hal yang sangat ingin aku raih kembali.
Dapatkah aku memiliki ijazah sarjana itu lagi.
Adakah takdir memilihku memimpin kembali.

Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Mengapa dunia ini hampa terasa sedih.
Dimanakah kawan kawan yang dahulu.
Apakah telah habis waktu takdirku untuknya.
Untuk tetap bersama dengannya dalam hidup.

Mengapa dunia tiada memilihku kembali.
Memilih seperti dahulu dimana aku terpilih.
Terpilih kembali untuk memimpin organisasi.
Adakah kesempatan untuk terpilih kembali.

Kawan kawanku pilihlah aku untuk memimpin
Memimpin organisasi untuk satu tujuan hakiki.
Berbahagia bersama untuk upaya kesejahteraan.
Temani diriku kembali bersama kalian para kawan.

Adakah takdir kembali untuk kawan memilihku.
Supaya aku mengepalai daerah dan berorganisasi.
Bersama membangun kesejahteraan yang hakiki.
Takdir kembalikan hak pilihku untuk mengetuai.

Bila Bumi Termiliki.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Nikmatnya hidup memakan yang nikmat.
Bumi yang luas terhampar ingin ku miliki.
Terasa dilidah cita rasa makanan bergizi.
Andai kata bumi yang terhampar ku miliki.

Bilamana bumi terhampar telah ku miliki.
Sebagian kerajaan dan kekayaannya teraih.
Betapa bahagia alam hijau termiliki temurun.
Bilamana yang ku kejar telah ku dapatkan.

Ilmu yang membekali kita dalam kehidupan.
Ilmu telah mengakui kita sebagai sarjana.
Dimana kita bisa mengejar cita cita yang mulia
Dimana bumi adalah sebagian kerajaan milik kita.

Cerita Yang Kini Tersesali.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Hijau taman tamannya terasa tersyukur.
Tetapi duri tajam serupa gunanya tempat ini.
Terasa nikmat tapi bagai minum air mendidih.
Betapa aku sesali yang telah usai berlalu.

Mengapa aku harus melewati tempat yang kelam.
Dimana harusnya bertakhta dengan lembaran ilmu.
Mengapa aku harus melihat sebagian penderitaan.
Dari negeri ular berkepala dua bilamana dari angkasa.

Bukankah aku harusnya bahagia dengan lembaran ilmu.
Bertakhta mestinya berkawan riya bersama keluarga.
Bukannya samsara yang kulihat bukannya tak kusyukuri.
Tetapi aku sesali kenyataan hidup ini yang penuh samsara.

Dinasti Desa Sidamulya Leluhur Kami.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Tersuratan takdir masa silam tertoreh.
Tertoreh cerita dari masa kejayaan moyangku.
Tersurat kehidupan bahwasanya berdinastinya.
Keluarga kakek yang berjabatan pemerintahan desa.

Ada yang berjabatan kepala dusun, yang jabat kepala desa, ada jabatnya carik desa.
Tersurat takdir berhektar ladang tani milik leluhur kami.
Berumah tembok bergaya hindia belanda dan berbilik putih.
Berjuragan penggilangan padi, berjuragan gula merah.

Telah putih tua renta para leluhur kami para pejabat desa.
Memerintah desa sidamulya selama enam zaman yang agung.
Tersurat takdir dahulu kami kaya raya dan makmur.
Leluhur kami yang punya banda dengan ratusan rakyat desanya.

Leluhur kami yang menikmati gaji janggongan dan gaji janggolan.
Kini tinggal kenangan bersemayam dalam kuburan keluarga dinasti desa kami.
Betapa agung sang pencipta telah menakdirkan kekuasaan leluhur moyang kami.
Moga moga sang pencipta menakdirkan leluhurku dan rakyatnya.

Menuju swarga loka yang bahagia nan abadi dipisahnya dari niraya.
Alangkah kami berdoa kepada sang pencipta semoga memberi wahyu keraton.
Wahyu keraton turun kepada kami anak cucu berwangsa desa nagari kembali.

Dia Banhok Orang Khek Kerabat Kami.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Kerabat kami sedarah tapi dari bibi kami.
Kerabat kami ditakdirkan mengepalai daerah.
Kerabat kami itu penguasa daerah dari republik berlambang garuda.
Ditanah yang berpantai indah yang kaya akan tambang bijih timah melimpah ruah.

Dia orang hakka berkuasa atas tanah betawi dan tanah melayu.
Dia juga kami itu orang khek berbahasa keija biasanya berbisnis.
Dialah banhok disebutnya a tanpa ban dieja tambah belakang namanya hok.
Dialah paman kami yang terhebat selain daripada seorang kepala desa sidamulya.

Dia kebanggaan republik berbendera merah putih ini yang berpulau tujuh belas ribu.
Dia kebanggaan daerah yang dulu bernama batavia ibukota hindia belanda sang penjajah.
Dia pembaharu di tanah melayu menggaungkan kebijakan memajukan daerahnya.
Dia anti korupsi dari kekecewaannya akibat keserakahan para koruptor pada masa silam.
Sekilas kerabat kami yang yang membanggakan bumi pertiwi berlambang garuda.

Kenangan Tentang Kakek Nenek Sang Pegawai Negeri.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Kakekku bermarga wang, pegawai hindia belanda yang menambang timah.
Kakekku bermarga wang, pegawai perusahaan milik negara merah putih.
Nenekku bermarga lie, yang tinggal di pulau berpantai menawan yang elok.
Leluhurku Orang Khek yang berumur pendek telah tenang dalam swargaloka.

Akankah kalian mendengarkan suara rindu kami anak cucu tercinta.
Leluhur kami yang pernah hidup dalam kedamaian provinsi dua pulau kembar.
Berkehidupan yang berbudi pekerti dalam kepercayaan konfusianisme.
Akankah kami bertemu kembali kelak dialam swargaloka yang tak terkira nikmatnya.

Kami percaya kalian rindu kepada kami anak cucu dalam keabadian alam baka.
Dialam baka kalian hidup layaknya tanah melayu tempat sriwijaya dulu berkuasa.
Kalian dalam kebahagiaan disisi sang pencipta menanti anak cucu kalian.
Semoga kami anak cucu dalam lindungan pencipta alam dibahagiakan dalam hidup ini.

Bilakah Kau Disisiku.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Bilakah, kau disisiku.
Bila, bila, bila bertemu.
Kemanakah ku cari dirimu.
Kemanakah ku cari dirimu.

Ku inginkah kamu seperti dulu.
Kau dan aku selalu dalam jiwa.
Cinta dan cinta selalu selamanya.
Bersamamu, bersamamu.

Dimalam hari, ku duduk sendiri.
Kudengar waktu bergeser.
Dalam penantian yang panjang.
Ku mencoba mengusik kamu.

Melupakan dirimu kasih.
Maafkan aku, ingin kembali.
Dalam cinta ini, dalam pelukanmu.

Sambutlah cinta ini, untuk kedua kali.
Bukalah hatimu, untuk kesekian kali.
Ulurkan tanganmu, sambutlah cinta ini.
Sambutlah kekasih.

Kembalikah Mandat Surga?
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Wahai paman apakah aku bisa?
Mengambil takhta paman untukku.
Wahai eyang bisakah aku?
Kembali ke takhta eyang kembali.

Wahai pamanda bisakah aku?
Meraih sarjana seperti pamanda.
Supaya aku dan keturunanku bertakhta.
Bagai kosala, sakya, korawa dan pandawa.

Wahai mandat surga turunkan wahyu.
Wahyu keprabon untukku dan turunanku.
Kembalikanlah dinasti kami di muka bumi.

Tuhan, bilakah Engkau beri bahagian mulka.
Kami akan mengemban mulka itu sebaiknya.
Semoga damai negeri yang kami pimpin kelak.
Makmur dan sejahtera seloroh negeri kami.
Penuh emas di jalan jalan yang berhunian indah.
Takhta naga yang penuh kebahagiaan yang abadi.

Kau Cinta Di Gedung Tua Saat Pandemi.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Kau tertakdir bertemu denganku.
Disaat aku merana dari kesedihan.
Kepedihan akibat luka kegagalan.
Kegagalan pendidikan yang kecewakan aku.

Kau, aku temukan dalam gedung tua.
Gedung tua dari daerah wisata apel.
Kau tampan dan berpendidikan tinggi.
Telah cukup membuat aku terpesona.

Disaat aku mulai jatuh cinta mengenali dirimu.
Hai, aku ucapkan, aku sapa, aku tanyakan dirimu.
Bertemu kamu! Adalah hal menyenangkan hatiku.
Walau dirimu setelahnya telah bersamanya.

Aku bersyukur telah bertemu dan jatuh cinta.
Walau rendah diri aku yang gagal lulus sarjana.
Entah, apabila aku tiada di gedung tua itu.
Apakah aku dapat bertemu dengan kau kembali, Adimas?
Mungkin tiada dapat aku dapat melihat wajahmu dirimu dan suaramu.

Kau Bintang Film Kesayangan Masa Kanak Pertama Dalam Rekaman Cahaya.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Kau adalah bintang pertama terekam cahaya.
Bayangan cahaya itu telah abadi dalam album.
Album foto masa kuliah yang indah dalam hidupku.
Yang kini telah muram dengan gagalnya kuliah itu.

Tak menyangka kau didepanku dalam area foodcourt.
Kau dan temanmu sedang mencari makanan apa yang kalian cari.
Aku duduk berdua bersama teman semasa sekolah memakan sushi khas jepang.
Dia teman sekolah yang memberi tahu kau bintang film disamping depan kami.

Aku yang ditraktir teman makan sushi melongok melihat bintang film ganteng.
Bintang film tampan rupawan yang sedang kecewa dengan kisah rumah tangganya.
Tapi telah pulih dari lukanya, teman sekolah aku yang menawarkan untuk merekam cahaya itu.

Akhirnya tergambar cahaya diriku dan bintang film kesukaan masa sekolah aku dulu itu.
Dalam album itu, aku disamping dirinya dalam pelukan kecilnya dari sang bintang film kesayangan.
Harapan masa sekolah dari aku sedikit terwujud dalam lembaran foto rekaman cahaya tergambar itu.

Dalam Rindu Kenangan Masa Belajar Derajat Pendidikan.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Dalam lembaran kenangan itu telah aku simpan rindu.
Kerinduan yang dalam masa itu, ialah masa belajar yang amat bahagia.
Masa emas yang aku damba bersama orang tua dan kawan kawan yang baik.
Kawan kawan yang baik dalam asa cita meraih sarjana didamba tiap orang.

Dalam rindu, aku telah merasa ingin kembali ke masa itu belajar dalam gedung terpelajar.
Bilamana sang pencipta alam memberi kesempatan satu kali atau dua kali untuk itu.
Bersama kawan kawan dan kedua orang tuaku meraih cita cita dan meraih gelar sarjana.
Aku sangat berterima kasih, semoga syukurku dalam khusyuknya ibadah islam dan infaq.

Bilakah sang pencipta mengizinkan diri ini kembali layaknya dahulu dengan kekayaannya.
Apabila sang pencipta berkenan telah sampai aku meraih gelar sarjana sebelum ajal tiba.
Di sisa masa muda, sebelum awal masa tua bersama kedua orang tua, kawan lama dan kawan baru.
Jadilah kami pemerhati pendidikan yang memberi banyak umat manusia meraih sarjananya dan cita citanya jua.

Dia Artis Negeri Siam Yang Memukau.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Bibir menawan seorang rupawan yang tampan.
Kulit putih bagaikan salju yang melanda kutub.
Baju biru yang memukau berlatar pendidikan.
Tangan yang diam seperti bibir yang tak bersuara.

Dia yang terlihat anggun dalam maskulinitasnya.
Dalam balutan gaya dan sikap yang membisu.
Lelaki yang begitu menawan yang mempesona.
Begitu banyak wanita dan lelaki jatuh cinta padanya.

Kita insan yang lemah yang mudah jatuh cinta olehnya.
Lemah lunglai bila berjumpa temu dengannya dibutakannya.
Dia alunan bidadara yang memukau tiap tiap insan yang terpesona dirinya.
Akankah kita bersatu dalam cinta yang membara dalam hasrat yang tak terbendung.

Cintaku Jatuh Kepadanya.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Akankah engkau mendengarkan hati kecilku.
Bahwa aku sangat menginginkan dirimu.
Dirimu pujaan hatiku dirimu bidadara tampan.
Bagaikan patung emas yang berharga.

Kau telah menawan diriku dalam kehidupanmu.
Kehidupanmu bagaikan gemerlap dunia yang fana.
Tiada yang buatku untuk tiada luluh dihadapanmu.
Kau puisi hidup terindahku dalam dunia yang fana.

Tiadakah sang pencipta berikan aku suatu tahta.
Supaya aku menggapai cinta citanya dihidupku.
Dia permata yang rupawan tiada bandingannya.
Aku telah luluh bertekuk lutut pada engkau dawaiku.

Dia Gelang Indah Yang Aku Genggam.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Disaat aku nyaman bersamanya.
Tapi ia dipisahkan dari hidupku.
Takdir mempertemukan dan memisahkan.
Kini ia jauh dimataku dahulu ada didepan.

Aku memegang tangannya terasa hangat.
Lembutnya tangan laki tampan rupawan itu.
Walau hanya lima menit aku dan dia bersentuhan.
Tak pernah lupakan dirinya yang begitu berderajat.

Diriku yang lemah tanpa apapun didunia ini.
Dulu aku bertemu dengannya dan lingkungannya.
Begitu terkesima aku berada dilingkar bandar
Bahagia rasanya dalam lingkaran itu bersamanya.

Kini, ia dipisahkan darinya oleh takdir itu.
Dia bandarraya berniaga tak pernah surut.
Jaya raya dalam dunia penuh harta yang glamor.
akankah aku berbandar niaga untuk bersamanya.

Dia rupawan yang meluluhkan hatiku.
Diantara banyak lelaki yang membuatku luluh.
Bilamana takdir memilihku memiliki tahta.
Aku pastinya bersamanya berbandarraya niaga.

Menemukan Cinta Kampus Kerja.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Bila aku hidup lebih lama bersamamu.
Aku pasti menemukan kembali arti cinta.
Rindu akan suasana masa pendidikan tinggi.
Bila gelar pendidikan tinggi telahku raih.

Berarti asa telah aku gapai dalam hidupku ini.
Dalam suasana kantor seolah aku bertemu.
Seolah bertemu kembali dalam suasana belajar.
Aku teringat teman masa lalu yang telah berwisuda.

Di kantor ini aku bernostalgia dengan teman baru.
Ada kenyamanan yang aku rasakan dalam suasana ini.
Tetapi waktunya sangat singkat, harus aku relakan.
Teman baru itu untuk aku tinggalkan dalam cinta dalam.

Sedalam perasaan kasih aku kepada mereka dalam asa cita.
Dalam indah hidup dunia sebenarnya bandar niaga yang ku damba.
Bila mana aku telah ikut bandar niaga dari jerih payah mengumpulkan pundi.
Dialah, merekalah milikku selamanya dalam lembaran ijazah.

Lembaran ijazah pendidikan tinggi bersama kawan dan orang tua.
Merekalah bersamaku dalam hasil keuntungan bandarraya niaga.
Dalam kekal kebahagiaan yang membanggakan kehidupan kami yang indah. 

Sepi dan Sedih Di Bumi.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Mengapa hatiku terasa perih.
Sepi terasa di bumi yang indah.
Sedih yang dirasakan dalam hampa.
Kehampaan dunia yang ramai.

Mengapa aku harus hidup.
Tetapi hidup dalam kesusahan.
Mengapa sang pencipta.
Belum memberi kebahagiaan.

Di bawah kaki langit berpasak.
Aku menyimpan luka hati.
Luka hati yang perih terasa.
Atas hidup yang tak bahagia ini.

Sang Pencipta Beri Kebahagiaan.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Apabila sang pencipta berkenan.
Memberi kebahagiaan dalam sedihku.
Apabila sang pencipta berkenan.
Memberi tahta dalam hidup turun temurun.

Pastilah dalam hidupku yanh sedih dan sepi.
Ada kegembiraan yang berharga dalam hidup.
Mereka yang aku cintai makmur bersama aku.
Dalam damainya hidup yang bermakna.

Dalam kesedihan aku telah merana hidupku.
Walau tahta aku duduki tetap sepi terasa.
Hanya darma yang membawa hidup bahagia.
Darma yang melenyapkan samsara bumi ini.

Diri Yang Ingin Kembali Dalam Kenangan.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Nuansa indah sebening warna dunia.
Optik memanjakan mata akan indah alam.
Hati merasakan hal senang dan hal tak berarah.
Dalam senja, pagi hari dan malam yang dingin.

Melihat bentangan alam indah yang megah.
Tapi diriku menyendu rindu akan semua kenangan.
Belum bisa diri ini berpaling dari kenangan indah.
Rasanya dalam damai dunia diri ini ingin kembali.

Kembali ke masa masa indah dalam hidup.
Pesona alam yang membentang berbintang.
Diri ini menutup luka akan kenangan yang indah.
Diri ini tak bisa berbohong yang ingin kembali.

Kembali ke masa masa yang indah.
Dengan semua yang ada masih lengkap.
Dalam keadilan dan kehidupan yang bahagia.
Di bentangan alam seluruh bumi yang indah.

Sang Hyang Beri Tahta dan Wangsa Disisi Kami.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Jikalau sang hyang memberi karunia ini.
Mengapa luka dihati yang aku dapatkan.
Mengapa perih hati dalam kehidupan ini.
Apakah tiada kelembutan kasih didunia.

Oh sang hyang, telah aku berdoa kepadaMu.
Mengapa seolah kau tiada mendengarkan.
Sang hyang berikan kami tahta dan wangsa.
Supaya kami menggenggam banyak cinta.

Berikan kami kebahagiaan bumi yang fana ini.
Sungguh, kami merasa tersiksa dalam bumi ini.
Sang Hyang, bilamana kami mendapat bahagia.
Tolong jangan kau ambil satupun kebahagiaan ini.

Dalam lemah diri, suatu saat telah kami dapatkan.
Telah kami dapatkan tahta dan wangsa dari sisi kami.
Jangan engkau ambil satupun tahta dan wangsa dari kami.
Sang hyang berikan cinta dan keadilan untuk kami.

Kesepian diantara barisan gunung.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Bunga bunga berwarna hijau.
Sepi pagi hari tanpa teman.
Teman teman yang jauh disana.
Jauh dibelah barisan gunung.

Gunung yang membentang jauh.
Memisahkan aku dengan dia.
Dia kawan yang baik dan ramah.
Hangatnya cinta kasih diantara kita.

Mencintai itu indah bagai langit biru.
Tetapi langit biru hal yang hampa.
Diliputi benda mati yanh tiada hidup.
Dimana aku mencari dibumi yang luas

Sang Hyang Tunjukan Darma.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Surga adakah didunia.
Mengapa neraka terlihat.
Adakah nikmat dunia.
Terlihat derita dunia.

Bagaimana sang hyang.
Akankah Engkau memberkati.
Kami damai dalam nikmat.
Jangan kau siksa kami.

Kami mendarma bakti.
Supaya sang hyang beri karunia.
Yang kami harap dalam bumi.
Bilakah berkenan swarga hidup ini.

Bilakah berkenan sang hyang.
Memberi tahta kepada kami.
Dalam makmur sejahtera dan darma.
Menanam karma yang baik.

Sang Pewaris Tahta Pujaan Diriku.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo

Bagaimana telah takdirkan untukku sang hyang.
Apakah aku bisa hidup bersamamu selamanya.
Hai, pewaris tahta maukah engkau mendampingiku.
Maukah engkau memberiku keturunan wangsa.

Adakah cinta yang tulus untukku yang murni.
Dalam sedih dikehidupan ini, aku meminta dirimu.
Hai, sang wanita yang menurunkan wangsa dan tahta.
Akankah engkau hidup bersamaku dalam kebahagiaan.

Dalam bumi yang separuh telah kau genggam.
Engkau mewarisi separuh bumi dalam tahta agung.
Adakah cintamu untukku? Bila ada cinta kita bersama.
Hidup bersama dalam keabadian cinta yang agung.

Dia, Dia dan Dia Dalam Cinta Hatiku.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Mengapa diri ini terasa sepi.
Pujaan tampan yaitu dirimu.
Leon, namanya, Al, namanya, ali juga
Mengapa aku terjebak dalam tiga rasa.

Tiga rasa cinta yang tak bisa ditinggalkan.
Mereka yang telah menjelajah seisi bumi.
Mereka telah berkelana mengelilingi bumi.
Mereka yang kaya raya bagian dari wangsanya.

Sedangkan aku di bukit hijau yang indah ini.
Yang sendiri dalam kesedihan dan kesepian.
Aku yang menanti dia dan dia juga dia.
Menantikan hal yang tak pasti dalam dunia.

Merasakan dunia yang hampa diantara dua gunung.
Akankah dia, dia dan dia akan bertemu denganku.
Apabila sang hyang memberi harta, tahta, wangsa.
Mereka tiada lepas dari genggaman cinta ini.


Kenangan Masa Kuliah Di Taman Villa.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Kenangan indah di masa silam telah berlalu.
Mengendarai kendaraan menuju pegunungan.
Pengunungan yang berhutan lebat yang hijau.
Kami bersinggah di villa yang indah berudara sejuk.

Kami adalah golongan terpelajar yang bahagia.
Dalam sunyi malam yang indah dalam kebersamaan.
Kami berpesta dengan hidangan ikan bakar lezat rasanya.
Dalam pertemanan yang erat penuh kasih dan bahagia.

Tapi masa pembelajaran pendidikan itu telah berlalu.
Telah menjadi kenangan indah yang tak terlupakan untukku.
Padahal ia pedoman ajaran yang mulia dan agung dalam kehidupan.
Dalam menuju harta, tahta dan wangsa yang agung dan mulia.

Cinta Yang Dalam Hati.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Mungkin bertemu masih ingin.
Memelukpun masih ingin.
Berbagi cintapun masih mau.

Tapi sayangku tak bisa.
Kau telah dimiliki cintanya.
Padahal hati masih sayang.

Sayangnya kau memutus cinta.
Kini hanya menyesal rindu dihati.
Sendu mengalun bahasa cinta.

Ingin kembali kepadamu.
Namun kau jua ingin kembali.
Tapi sayang tak bisa kau memilihnya.

Apabila aku telah bertahta.
Tentu aku ingin mengulang cinta.
Kembali didalam hatiku dan cintaku.

Waktu dan Jarak, Tak Sirnakan Cinta.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Taukah dirimu betapa diri ini.
Selalu merindukan dirimu.
Tuk ada disisiku selamanya.

Tetapi engkau jauh, aku tak tau.
Dirimu dimana sang pujaan.
Pujaan tampan yang aku damba.

Dalam hujan dan terang hari hari.
Percayalah kesetiaan dan janji cinta.
Tak akan terhapus oleh jarak dan waktu.

Kau tetap dihati dan rinduku.
Betapa diri ini merindukan hadirmu.
Tuk ada dihidupku selalu.

Ternak Sapi Kami Yang Makmur.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Aku terinsipirasi zaman feodal.
Sehingga aku membuka usaha ternak sapi.
Pada luasnya tanah berhektar hektar.
Teringat tanah nenek moyang dari aku.

Luas berhektar hektar tanah milik kakekku.
Dia seorang kepala dusun yang mansyur.
Kamipun membuka usaha layaknya saudara.
Dari sapi sapi, kami berhasil meraih pundi.

Pundi pundi kekayaan yang diamalkan.
Dan dipakai untuk kehidupan kami.
Kami wariskan ternak sapi kepada keturunan.
Tanda kami berhasil dalam usaha ternak sapi.

Adakah Tahta Yang Ingin Disambut Cinta.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Berwarna hijau pepohonan di pegunungan.
Rumput yang bersemak belukar dalam hutan.
Hutan yang dilindungi hukum penguasa.
Untuk keadilan dan kearifan lokal bagi alam.

Dibalik bukit yang berhutan hijau menyegarkan.
Aku menyimpan luka hati yang mengharukan.
Cintaku jauh disana atau disudut wilayah ini.
Aku akan menunggu cintaku datang disisiku.

Apakah adakah tahta untuk diri ini menyambutnya.
Bisakah cinta itu menyambutku disini yang sepi.
Dalam hening dimana ia yang aku tunggu dihari hari.
Bilakah takdir menyatukan kita dalam tahta yang makmur.

Dimana Tahta Diri Ini, Kembalikan Tahta Moyang.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Oh Sang Pencipta Alam.
Dimanakah tahta untuk diri ini.
Yang rindu bertahta untuk alam yang kaya.
Dimanakah rakyat dari tahta yang setia.

Kembalikan tahta nenek moyang.
Kembali kepangkuan diriku yang temurun.
Dimana hari hariku penuh cinta dan sendu.
Dimana tahta yang pernah didapat moyangku.

Setidaknya tahta desa yang didapat oleh pamanku.
Kembalikan kepada trah diri ini dalam indahnya bumi.
Bumi pertiwi penuh kekayaan alam dari darat dan laut yang indah ini.
Dalam sendu dan cinta yang bersinergi dalam balutan kasih disemesta ini.
Dalam negeri impian yang sejahtera dan makmur termansyur seantero dunia.

Cinta Ini Cerita Nyata.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Dalam alunan sendu adakah cinta.
Cinta yang aku balut dalam rindu.
Yang mengalun indah dalam cerita.
Cerita dari jarak jauh aku memadukan.

Dalam alunan cinta dalam getaran.
Getaran yang sama dalam kehidupan.
Bahwa cinta aku kepadamu adalah nyata.
Cinta ini adalah kebahagiaan yang setara.

Walau kau jauh tak tau dimana tapi hadir ini.
Akankah takdir menyatukan cinta yang menggema.
Menggema dalam hati dihari hari yang sendu ini.
Akankah kau mengerti cinta yang tak pernah padam ini.

Kesepian di tengah dua gunung.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Digunung sepi yang indah menyimpan dilema.
Dipuncak yang hijau ada kehidupanku yang sepi.
Kemanakah harus aku mencari tahta yang berharga.
Dimanakah aku harus pergi meraih cita cita yang mulia.

Akankah gunung dan pantai yang hijau dan biru.
Membawa sejuta makna apabila aku kesepian diruang waktu.
Diruang waktu yang panjang termakan usia yang pendek ini.
Tuhan, dimanakah kawan kawanku dan dimanakah tahta bermakna.

Tuhan bawa aku kepada kerja yang terberkati dalam meraih tahta bermakna.
Tuhan izinkan diri ini mencapai cita dalam kehangatan keluarga tercinta.
Sejujurnya diri ini mendambakan tahta, yang lebih agung dari tahta moyang.
Kemanakah aku mencari simpati supaya aku bermakna mencapai cita.

Akankah takdir membawaku menuju pencapaian tahta.
Tertakdir pastikan aku bertahta pada pulau rayuan kelapa merta negeri kincir angin.
Tertakdir pasti aku berdinasti politik kepada bumi empat musim teradidaya.
Tuhan beri aku kedamaian dalam gunung yang hijau dan pantai yang biru.

Pupuh Yang Merenungkan Diri.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Dulu aku tampan rupawan mengapa kini.
Mengapa kini, mengapa kini, mengapa kini.
Wajah ini telah gemuk dan jelek.
Tetapi sang hyang bukan mengutuk diri ini.

Mengapa tidak takdir biarkan aku langsing saja.
Bilamana aku langsing maka berwajah tampan.
Mengapa diri ini tak bahagia, bilakah sang hyang.
Mengembalikan kekurusan dan wajah tampan diri ini.

Dengan sang hyang menganugerahkan tahta yang makmur.
Tentu kami berterima kasih mengelola kekayaan alam mempesona.
Akankah dapat diri memiliki cinta yang abadi menurunkan dinasti kami.
Ketentuan sang hyang yang dapat menyatakan hal hal yang sulit dan mudah.

Merana Kerana Cinta Yang Mengalir.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Merana dalam rindu yang mengetarkan rasa.
Rasa yang mengalir deras mendenyutkan cinta.
Bahwa cinta ini juga ingin memiliki paras dirimu.
Terpesona ketampanan yang luar biasa tak tertahan.

Mengapa kita tak pernah satu, biarkan cinta ini tetap bergelora.
Dalam lantunan sendu yang menikmati sedih mengingat dirimu.
Cinta yang aku jaga ini tetap dalam cerita yang sama dengan cinta yang lainnya.
Mengapa terasa perih dalam penantian menanti pertemuan dengan engkau cintanya aku.

Bilakah tertakdir mempertemukan kita, akankah kita dapat bersatu dalam takdir.
Akankah engkau mempunyai rasa cinta yang sama dengan diri ini yang serba kurang.
Akankah engkau akan menerima diri ini dengan dirimu yang bagai langit berbintang.
Apakah engkau dapat menjadi tempat bersandar dari hatiku yang rapuh dari cinta ini.

Desa Sidamulya Tercinta.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Bangunan gaya zaman hindia belanda.
Pernah bertakhta eyang dan pamanda.
Pernah berjabatan kepala desa beliau.
Dirumah kenangan kejayaan keluarga.

Rel kereta menjulang sepanjang pulau.
Stasiun sarana transportasi didepan pasar.
Sawah beratus hektar desa yang permai.
Pisang sale dan tempe mendoan kulinernya.

Desa dulu satu dibagi dua sidamulya sudagaran.
Desa yang pernah dikuasai oleh keluarga kami.
Bukit yang terpandang dihamparan sawah.
Yang tiada kami lupakan berjaya dulu dan esok.

Mimpi Wahyu Dari Negeri Moyang dan Negeri Orang.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Dulu dihamparan hijau sawah sawah yang menghasilkan sayur mayur.
Dulu dihamparan hijau sawah sawah yang menghasilkan padi padian.
Tempat kami bertakhta dalam kekuasaan desa yang cukup sejahtera.
Dimana kami yang memimpin dengan bijaksana nuansa welas asih.

Suatu saat nanti kami tetap berdinasti politik dalam desa yang permai.
Memimpin desa dalam kemakmuran baik dinegeri nenek moyang.
Memimpin desa dalam kemakmuran baik di negeri orang berbeda.
Kami tak lupakan sawah, pemukiman dan bukit hijau desa moyang.

Kami mengukir kepemimpinan dinegeri orang dan dinegeri moyang.
Damai dan kemakmuran kami ciptakan dalam cita cita mulia.
Agama berbeda dalam kerukunan yang hakiki tanpa seteru diantaranya.
Suku bangsa berbeda dalam kerukunan yang hakiki tanpa selisih diantaranya.
Demi kemaslahatan yang penting dalam takhta yang kami duduki.

Anak Harapan Diri Ayah.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Kau anakku dambaan cintaku.
Kau menjadi pujaan hatiku yang tampan.
Pelindung diriku saat aku telah tak muda.
Aku besarkan kau dengan penuh kasih.

Sebisanya aku mengasuhmu dengan cinta.
Aku menaruh harapan besar untukmu anakku.
Aku didik engkau sebagai anak yang cerdas.
Aku didik kau supaya dapat berkarir dalam dunia.

Harapanku supaya kau tumbuh sebagai ahli dunia.
Tumbuhlah pelita hati kami anakku yang tampan.
Kau tumpuan kami orang tua yang bercita cita.
Kau dambaan dan ketulusan kami yang mengasuh.

Kutukan Legenda Raja Gunung.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo
Kutukan sang empu gandring
Tujuh orang tewas dari kutukan.
Sang punggawa menewaskan sang empu.
Sang empu azimatkan kutukan pada sang angrok.

Sang angrok bertaktha raja gunung dari tumapel.
Sang akuwu tumapel tewas dibinasakan olehnya.
Sang angrok melawan raja kediri kretajaya yang takluk.
Berkuasalah wangsa rajasa para raja gunung.

Sang angrok tewas oleh keris sang empu oleh anak tirinya.
Bertakhta anak tirinya hingga tewas beraja oleh adik tirinya.
Kutukan berakhir dalam masa raja yang mendirikan candi jajagu.
Trah raja gunung berlanjut dalam masa raja raja dari desa tarik yang buahnya pahit.

Wangsa Tua Meraih Purwa Tahta.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Batara kala melahap masa ke masa.
Ilmu yang digubah berguna tiada terganti.
Meraih gelaran pendidikan tanda orang yang terdidik.
Dalam perguruan tinggi teramat mulia mendidik siswa.

Kala seorang pribadi terlahir asal wangsa desa.
Berhasrat meraih tahta yang suci untuk kesejahteraan.
Giat belajar melatih ilmu yang menuntun gelaran pendidikan.

Masa pemilihan tiba, seorang pribadi terpilih memerintah.
Dalam kebijakan yang damai mewujudkan kesejahteraan.
Karma yang baik ditabur telah dipetik hasilnya pada kenyataan.
Wangsa mulia telah menoreh prestasi baik yang memuaskan.
Penerus wangsa memegang tampuk pemerintahan yang cemerlang.

Kepedihan Hidup Kehilangan Cita.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Mengapa hidup terasa sakit dihati.
Seolah hidup tiada arti dalam pedih.
Kepedihan yang menoreh luka perih.
Mengapa aku begitu kecewa sekali.

Kekecewaan kepada hidup tak sesuai.
Harapan yang pupus karena kehilangan.
Kehilangan impian dan cita harapan itu.
Seharusnya aku mati saja sedari dahulu.

Sungguh aku tak kuat menjalani hidup ini.
Aku kecewa dengan kehidupan yang begini.
Seharusnya aku mati saja sedari dahulu.
Agar aku tak merasakan kehilangan cita itu.

Akankah asa menuntun aku untuk meraih.
Meraih kembali segenggam ijazah sarjana.
Hal yang sangat ingin aku raih kembali.
Dapatkah aku meraih ijazah sarjana itu lagi.

Adakah takdir memilihku memimpin kembali.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Mengapa dunia ini hampa terasa sedih.
Dimanakah kawan kawan yang dahulu.
Apakah telah habis waktu takdirku untuknya.
Untuk tetap bersama dengannya dalam hidup.

Mengapa dunia tiada memilihku kembali.
Memilih seperti dahulu dimana aku terpilih.
Terpilih kembali untuk memimpin organisasi.
Adakah kesempatan untuk terpilih kembali.

Kawan kawanku pilihlah aku untuk memimpin
Memimpin organisasi untuk satu tujuan hakiki.
Berbahagia bersama untuk upaya kesejahteraan.
Temani diriku kembali bersama kalian para kawan.

Adakah takdir kembali untuk kawan memilihku.
Supaya aku memerintah daerah dan berorganisasi.
Bersama membangun kesejahteraan yang hakiki.
Takdir kembalikan hak pilihku untuk memerintah.

Bila Bumi Termiliki.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Nikmatnya hidup memakan yang nikmat.
Bumi yang luas terhampar ingin ku miliki.
Terasa dilidah cita rasa makanan bergizi.
Andai kata bumi yang terhampar ku miliki.

Bilamana bumi terhampar telah ku miliki.
Sebagian kerajaan dan kekayaannya teraih.
Betapa bahagia alam hijau termiliki temurun.
Bilamana yang ku kejar telah ku dapatkan.

Ilmu yang membekali kita dalam kehidupan.
Ilmu telah mengakui kita sebagai sarjana.
Dimana kita bisa mengejar cita cita yang mulia
Dimana bumi adalah sebagian kerajaan milik kita

Cerita Yang Kini Tersesali.
Ciptaan : Bondan Ramadhani Purnomo.

Hijau taman tamannya terasa tersyukur.
Tetapi duri tajam serupa gunanya tempat ini.
Terasa nikmat tapi bagai minum air mendidih.
Betapa aku sesali yang telah usai berlalu.

Mengapa aku harus melewati tempat yang kelam.
Dimana harusnya bertakhta dengan gelaran ilmu.
Mengapa aku harus melihat sebagian penderitaan.
Dari negeri ular berkepala dua bilamana dari angkasa.

Bukankah aku harusnya bahagia dengan gelaran ilmu.
Bertakhta mestinya berkawan riya bersama keluarga.
Bukannya samsara yang kulihat bukannya tak kusyukuri.
Tetapi aku sesali kenyataan hidup ini yang penuh samsara

Gunung Arjuno Arjuna